close
FeatureMuslim Peduli

Geliat Kemanusiaan Ambulans Gratis Peduli Muslim yang Juga Peduli Nonmuslim

Geliat Kemanusiaan Ambulans Gratis Peduli Muslim

Keterbatasan medis adalah masalah purba yang sampai sekarang masih membebani masyarakat Indonesia. Dan jika mereka berasal dari kalangan ekonomi kurang beruntung, beban itu semakin genap.

Problem keterbatasan medis kita menumpuk dan berputar di banyak soal. Soal ketersediaan ambulans, misalnya, yang terbatas dan juga “tak ramah” bagi masyarakat kurang mampu.

Masalah itu menggerakkan kesadaran banyak kalangan untuk menginisiasi layanan ambulans gratis. Akan tetapi, penyediaan ambulans gratis itu bukanlah masalah sederhana, tantangannya besar.

Prasetyo, laki-laki berusia 42 dengan janggut terjurai panjang bercelana cingkrang, menceritakan pengalamannya terlibat dalam pelayanan ambulans gratis yang diinisiasi oleh Yayasan Peduli Muslim, Yogyakarta. Sejak empat tahun lalu, ketika kali pertama layanan ambulans gratis ini digulirkan, Prasetyo sudah bertindak sebagai koordinator program.

Setiap hari Prasetyo dan para relawan ambulans Peduli Muslim siaga, untuk memenuhi panggilan dari mereka yang membutuhkan, terkhusus dari para duafa. Rata-rata rumah sakit memang tidak menyediakan layanan ambulans gratis. “Segmennya kita nembak ke kaum dhuafa dan fakir miskin. BPJS itu, kan, ga meng-cover ambulans,” kata Prasetyo.

Saat ini, panggilan datang hampir setiap harinya. Sehari mereka bisa mengantar satu, dua, tiga, pernah juga delapan. Namun, kini mereka coba membatasi jumlah orang yang harus diantar (dan dijemput) tiap harinya. Hal ini karena mulai merasa keteteran dengan keterbatasan sumber daya relawan. “Bisa dapat dua dalam sehari udah bagus, karena kita, kan, nganter, misal paginya nganter, nanti sore dijemput lagi. Jadi, satu pasien biasanya dua trep dalam sehari, kecuali pasien yang opname (harus rawat inap).”

Sumber daya relawan yang terbatas memanglah tantangan utama bagi Peduli Muslim dalam mengoperasikan ambulans gratisnya. Yang terdaftar sebagai relawan sejak pertama sekali program bergulir memang tak sedikit. Akan tetapi, relawan yang aktif sampai kini hanya beberapa. “Dari empat puluh relawan yang mendaftar itu, sekarang paling yang aktif tinggal sepuluhan. Udah biasalah kayak gitu, panggilan jiwa, passion-nya orang, kan, beda-beda,” Prasetyo menerangkan.

Keterbatasan itu membuat mereka harus menunda untuk menambah armada baru. Padahal, untuk organisasi kemanusiaan sekaliber Peduli Muslim, dengan daya serap donasi yang kuat dan jejaring yang luas, penambahan armada bukanlah hal sulit. Bahkan, salah satu lembaga kemanusiaan di Inggris, sudah pernah menawarkan armada tambahan.” Mau ditambahi ambulans lagi sebenarnya, cuma saya yang nolak, jangan dulu. Takutnya nanti banyak armada, banyak nganggur-nya karena ga ada operatornya.”

Saat ini, Peduli Muslim telah mengoperasikan dua armada. Satunya adalah hasil sumbangan para penderma—urunan dari dua orang saja. Dan satunya lagi adalah pemberian Lonely Orphan, yayasan muslim yang bermarkas di London.

Jangkauan operasi ambulans Peduli Muslim terbilang cukup luas. Mulai dari daerah perkotaan Yogyakarta, hingga ke kampung pedalaman, seperti Gunung Kidul. Bahkan, tak hanya Yogyakarta, terkadang mereka mendapat panggilan dan mesti bergerak keluar; Magelang, Solo, dan sebagainnya.

Dari tiga jenis ambulans yang umum dikenal (ambulans darurat, ambulans jenazah, dan ambulans transportasi), Peduli Muslim saat ini hanya mengoperasikan ambulans jenis transportasi—yang mengangkut pasien nondarurat. Namun demikian, kadang mereka juga harus mengantar jenazah, dan sewaktu-waktu, harus juga mengangkut korban kecelakaan, selama masih mungkin mereka tangani; “yang kondisinya gawat, tapi tidak darurat.” Sebelum terjun ke lapangan, relawan ambulans Peduli Muslim memang mendapat pembekalan dari tenaga kesehatan, salah satunya untuk menangani korban kecelakaan lalu lintas.

Bekerja sebagai relawan ambulans tentu harus berurusan dengan sesuatu yang menyela tiba-tiba. Dan tak hanya itu, Prasetyo dkk. juga beberapa kali mendapat panggilan dari “arah yang tak diduga-duga”. Meski mereka dengan terang melabeli layanan ambulansnya sebagai Ambulans Peduli Muslim, berkali-kali mereka mendapat panggilan juga dari nonmuslim. Mereka tentu tetap harus peduli dan melayani.

Reputasi baik Peduli Muslim mungkin adalah jawaban mengapa dari kalangan selain muslim pun, menaruh percaya pada agenda kemanusiaan yang digerakkan oleh mereka. Saat bencana Gempa Palu 2020 lalu, misalnya, Peduli Muslim juga mendapat titipan donasi dari umat agama lain.

Peduli Muslim dengan layanan ambulans gratisnya telah menjalin kerja sama dengan banyak lembaga kerelawanan lainnya. Dalam perkara ambulans gratis ini, mereka tergabung dalam jejaring ambulans gratis yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dan, dalam usianya yang menapaki tahun keempat, program ambulans gratis Peduli Muslim kini kerap menjadi pilihan studi banding dari pelbagai lembaga kerelawanan lainnya yang juga memiliki ambulans. Bahkan, mereka sering diundang untuk memberi pelatihan. “Ya, kita, sih, bukan ngasih pelatihan, ya, cuma sharingsharing aja, ya, alhamdulillah, ilmunya masih bisa bermanfaat,” ujar Prasetyo.

Peliput & Penulis: Nauval Pally Taran
Editor: Teuku Zulman Sangga Buana

Tags : dakwahkemanusiaanmuslim pedulipeduli muslim

The author Redaksi Sahih

Leave a Response