close
Olahraga

Thomas Cup 2020: Indonesia yang Kembali Digdaya

Sumber: Antaranews.com

Dari Aarhus Arena Denmark, kiblatnya bulu tangkis Eropa, syair kebangsaan Indonesia Raya menggema. Itu adalah kali pertama sejak pagelaran Thomas cup 2002 silam. Namun, tak seperti gema-gema sebelumnya yang ditemani sang saka merah putih, kali ini gema itu ditemani bendera PBSI. Akan tetapi, perayaan itu tetap sempurna. Pada momen ini, setitik nila tidak merusak sebelanga susu.

Belasan pria tampak penuh dengan suka cita. Bagaimana tidak, penantian panjang setelah hampir dua dekade pulang membawa kekalahan, delapan pagelaran tanpa gelar juara, setelah piala itu melanglang buana—enam kali ke China, sekali ke Jepang dan sekali ke Denmark—akhirnya piala Thomas Cup berhasil dibawa pulang kembali. Jika pada pagelaran Euro lalu suporter Inggris meneriaki slogan “football is coming home,” maka dalam Thomas Cup kali ini bolehlah kita berujar “Badminton is (really) coming home.”

Kembalinya Kedigdayaan yang Terjeda
Tepatnya 19 tahun lalu, Tim Thomas Cup Indonesia terakhir kali menjuarai agenda dua tahunan tersebut. Meskipun Malaysia memberikan perlawanan sengit pada laga final, namun Hendrawan dkk masih terlalu digdaya bagi pasukan negeri jiran.

Setelah cukup langgeng dalam lima edisi Thomas Cup secara beruntun (1994,1996, 1998, 2000 dan 2002), kedigdayaan tersebut hilang pada edisi-edisi selanjutnya, putra-putra terbaik dunia perbulutangkisan Indonesia harus melemah dan rela kedigdayaan itu terhenti dan diambil alih oleh negeri tirai bambu. Bahkan, Indonesia pernah harus terhenti di perempat final, pada edisi Wuhan 2012.

Namun, sejatinya, sebagaimana rumah yang selalu jadi tempat pulang, demikian halnya dengan piala Thomas Cup ini yang, dengan melewati masa-masa yang panjang, akhirnya kembali pulang. Para pemuda yang rata-rata  berusia dua puluhan menjadi wasilah atas kembalinya piala Thomas ke rumah besar Indonesia. Mereka berhasil memutus hegemoni China dan merebut kembali kedigdayaan Indonesia.

Buah Perjuangan dan Kesabaran
“Yang punya kesabaran, akan mendapatkan apa yang diinginkan,” demikian Benjamin Franklin pernah berujar. Sembilan belas tahun tentu bukan waktu yang singkat. Butuh daya juang dan kesabaran yang luar biasa untuk menggapai kembali kejayaan yang sebegitu lama terjeda.

Banyaknya skuad muda dalam line up tim Thomas Cup Indonesia menunjukkan bahwa PBSI, dengan segala daya dan upaya, cukup sabar dalam melakukan pelatihan dan pembinaan, sehingga skuad muda—para pemuda yang kata Sukarno dapat menaklukkan dunia—dapat bersaing di level tertinggi bulu tangkis dunia, bahkan mereka menjadi opsi utama, bukan opsi pengganti. Istirahatnya The Daddies dalam banyak pertandingan seolah menjadi bukti akan hal tersebut.

Pada perhelatan Thomas Cup 2020 ini, pada fase penyisihan grup, Indonesia menang dari Aljazair tanpa perlawanan berarti. Namun, di laga kedua dan ketiga, Indonesia mendapatkan perlawanan yang sengit. Indonesia harus bermain melawan Thailand dan Taipei dengan susah payah, angka sempat menunjukkan dua sama pada kedua pertandingan sebelum kemudian, dengan menegangkan, Seshar menjadi kunci kemenangan pada dua laga dengan dua angka dari dua kali rubber set.

Di perempat final, Indonesia mendapatkan kesempatan untuk membalas kekalahan di piala Sudirman, Minions sukses mengalahkan Aaron dan pasangannya setelah kalah di dua laga sebelumnya (pada Olimpiade dan Sudirman Cup) tanpa perlawanan berarti. Indonesia akhirnya menaklukkan Malaysia tiga angka tanpa balas dan dengan mulus melenggang ke semi final.

Menghadapai tuan rumah Denmark sebagai juara bertahan di edisi 2016, tim Indonesia turun dengan skuad biasanya dan tanpa gentar. Meski sempat kehilangan satu kesempatan di laga awal, dengan meyakinkan Indonesia berhasil menyapu bersih tiga laga sisa.

Berhasil sampai di final dengan langkah yang tak begitu mulus, tim indonesia harus menghadapi juara bertahan. Berbeda dengan Indonesia, skuad muda China melangkah ke final dengan mulus tanpa hambatan yang berarti, terlebih lagi Indonesia harus kehilangan duet Minions karena Markus harus beristirahat lebih awal.

Namun, sebagaimana pasukan dengan mental juara, tumpuan tidak pernah dibebankan pada seseorang, beban itu dipikul bersama. Dengan daya juang luar biasa, negeri tirai bambu luluh lantak oleh garuda. Menjuarai Thomas Cup dengan menaklukkan China tiga angka tanpa balas bukanlah pencapaian yang biasa.

Hidup yang tak diperjuangkan tak akan pernah dimenangkan, kata Syahrir. Dan mereka para pejuang bulu tangkis Indonesia kali ini sungguh-sungguh telah berjuang dan mereka menang. Selamat!

Penulis: Misbahul
Editor: Nauval Pally Taran

Tags : badmintonbulu tangkisGintingindonesiaJojothomas cup

The author Redaksi Sahih

Leave a Response