close
Kabar Daerah

Cara Yogyakarta Wujudkan Setiap Kelurahan jadi Kampung Wisata

Sumber: Freepik

SAHIH.CO, YOGYAKARTA – Pemerintah Kota Yogyakarta telah mempersiapkan dalam rencana tata ruang wilayahnya bahwa dari total 45 kelurahan yang tersebar di 14 kecamatannya bisa memiliki destinasi menarik sehingga bisa dikunjungi wisatawan. Destinasi yang dimaksud bisa berupa kampung wisata.

“Setiap kelurahan itu kami siapkan bisa menjadi destinasi wisata alternatif, maka keberadaan kampung wisata itu sekarang kami dorong dan fasilitasi agar semua bisa tampil sebagai garda depan dalam jasa pariwisata,” kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe di sela membuka Festival Kampung Wisata di Museum Perjuangan, Mergangsan, Yogyakarta, Sabtu, 6 November 2021.

Heroe mengatakan kampung wisata yang telah berkembang dan menjadi terkemuka di Yogya selama ini terbukti menjadi penerima terbesar bisnis pariwisata yang dampaknya mampu meningkatkan kesejahteraan warganya. Maka dari itu, perlu kanal baru dalam mendorong kampung-kampung yang sebelumnya adem ayem alias belum memanfaatkan potensi wisatanya menjadi ikut tergerak.

Salah satunya dengan cara melakukan festival kampung wisata itu.

“Sebab lokomotif perekonomian di Kota Yogyakarta memang berada di sektor pariwisata dan pendidikan,” kata Heroe.

Sebagai target awal yang digarap dan dipromosikan melalui Festival Kampung Wisata itu, ada sederet kampung ikonik yang selama ini jadi tujuan wisatawan.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Wahyu Hendratmoko mengatakan sasaran awal festival ini mengangkat beberapa kampung, antara lain Kampung Wisata Tamansari, Sosromenduran, Sekarniti Gedongkiwo, Dipowinatan, Rejowinangun, Warungboto, Kadipaten, dan Cokrodiningratan. Ada juga Kampung Pandeyan, Pakualaman, Tahunan, Kauman, Prenggan, Dewo Bronto, Becak Maju, Sayidan, dan Purbayan.

“Untuk festival kampung wisata saat ini kami selenggarakan dulu di empat lokasi, yaitu Kampung Wisata Dewo Bronto, Kampung Wisata Purbayan, Kampung Wisata Cokrodiningratan , dan Kampung Wisata Pakualaman dengan mengambil tema ‘Merti Tepo Seliro’,” kata Wahyu.

Dari tema “Merti Tepo Seliro” itu, kata Wahyu, sasarannya mendorong masyarakat kembali memahami bahwa hakikatnya manusia tidak bisa hidup sendiri, namun harus berdampingan dan gotong-royong. Komunalitas inilah yang dikuatkan sebagai modal dasar memajukan kampung sebagai aset bersama yang mesti dirawat dan dimaksimalkan potensinya.

Festival ini diselenggarakan secara hybrid. Pengambilan gambar atraksi seni budaya telah dipersiapkan agar dapat diolah dalam tayangan virtual yang menarik.

Wahyu mengatakan dalam festival itu, setiap kampung akan dibidik dan mendokumentasikan berbagai aktivitas seni budaya yang bisa ditampilkan masyarakatnya. Dari kelompok Bergada (seni keprajuritan), band, tari tradisional-kontemporer sampai dengan fashion show, batik, mural hingga kekayaan kulinernya.

Ketua Forum Kampung Wisata Yogyakarta Ibnu Titiyanto mengatakan meski Yogya sudah lekat sebagai kota wisata, namun adanya promosi kampung wisata akan mempertegas eksistensinya sebagai surga destinasi pada masa datang. “Warga pun juga jadi terdorong bangkit di masa pandemi ini, bahwa kita masih bisa beraktifitas, berkarya, dan menunjukkan potensi yang dimiliki dengan tetap patuh protokol kesehatan,” kata dia.

Menurut Ibnu, untuk mewujudkan setiap kelurahan Yogya memiliki destinasi alternatif lewat kampung wisata, perlu dukungan infrastruktur fisik. Misalnya, jalan, lahan parkir yang memadai hingga fasilitas ruang terbuka yang dapat digunakan sebagai tempat menampilkan seni budaya yang disertai dengan ekspose kuliner atau kerajinan.

Sumber: Tempo

 

Tags : budayaindonesianusantarawisatayogyakarta

The author Redaksi Sahih

Leave a Response