close
Opini

Perubahan Iklim dan Emisi Gas Rumah Kaca

Foto: Pixabay

Kita sering mendengar tentang terjadinya perubahan iklim yang ditengarai disebabkan oleh emisi gas rumah kaca. Perubahan iklim yang paling dikhawatirkan adalah terjadinya pemanasan global dengan naiknya rata rata suhu bumi di atas 1,5 derajat Celsius pada abad ini. Apa masalahnya kalau suhu bumi naik hanya beberapa derajat? Bukankah manusia dibekali dengan akal agar mampu beradaptasi dengan perubahan iklim ini?

Sebelum kita membahas akibat dari pemanasan global ini, alangkah baiknya kita urai dahulu apa peyebabnya. Ada beberapa jenis gas yang dihasilkan dari kegiatan manusia yang menjadi penyebab utama dari pemanasan global. Pertama, gas karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan dari pembakaran batu bara serta minyak dan gas bumi di sektor kelistrikan, tranportasi, pertambangan (terutama smelter), dan industri semen dan baja.

Kedua, gas methane (CH4) yang dihasilkan dari sektor pertanian dan peternakan, juga dari gas alam yang dibuang ke udara (gas venting) di sektor minyak dan gas bumi. Di sektor peternakan, kotoran hewan ternak, seperti sapi, kerbau, dan kuda merupakan penyumbang gas methane yang cukup signifikan. Tanaman padi termasuk penyumbang terbesar di sektor pertanian. Ketiga, gas nitrous oxide (N2O) yang dihasilkan dari pengolahan tanah yang diberi pupuk di sektor pertanian.

Dari data di atas, dapat dilihat bahwa bukan sektor energi dan pertambangan saja yang menjadi kontributor emisi gas rumah kaca. Sektor pertanian dan peternakan juga cukup berperan. Sekitar 65% emisi gas berasal dari proses pembakaran energi fosil. Menurut data yang kami peroleh, salah satu contoh pabrik penyumbang terbesar dari emisi gas rumah kaca adalah pabrik Coal to Liquid (CTL) milik Sasol di Afrika Selatan yang mengubah batu bara menjadi minyak sintetis.

Kenapa gas karbon dioksida, methane, dan nitrous oxide dapat memberi efek rumah kaca? Sinar matahari yang menyinari bumi kemudian akan dipantulkan kembali ke atmosfer. Dengan adanya tiga jenis gas tersebut di atmosfer, bumi tidak beku dan nyaman untuk didiami. Namun demikian, kalau emisi gas ini terlalu banyak, terjadi ketidakseimbangan sehingga suhu bumi menjadi lebih panas dari yang dibutuhkan.

Secara sederhana, dapat diumpamakan kalau kita punya ruangan yang keseluruhan (ke-6) sisinya terbuat dari kaca (rumah kaca), kemudian disinari oleh matahari terus menerus maka udara panas akan terperangkap dalam ruangan tersebut. Akibatnya, suhu ruangan menjadi naik. Inilah kira-kira yang disebut dengan efek rumah kaca. Atmosfer yang berisi gas CO2, CH4, dan N2O berfungsi sebagai kaca yang membuat temperatur bumi meningkat.

Kalau rata-rata suhu bumi naik beberapa derajat, apa pengaruhnya terhadap makhluk hidup dan lingkungannya? Banyak ilmuwan berpendapat bahwa perubahan iklim seperti cuaca dingin yang ekstrem (terjadi di Texas awal tahun 2021), badai typhon dan hurricane yang makin tahun makin besar, kekeringan yang menyebabkan kebakaran hutan yang hebat di California dan mencairnya es di Kutub menjadi contoh dari efek perubahan iklim ini.

Dari beberapa contoh di atas, yang menggelitik adalah kalau es di Kutub mencair, apakah permukaan air laut akan naik sehingga akan menenggelamkan banyak kota di dunia? Sebagian besar dari kita mungkin punya kekhawatiran seperti itu. Benarkah? Mari kita dalami sedikit pemahaman ini.

Es yang membeku akan memiliki volume sekitar 10% lebih besar dibandingkan wujud cair. Akibatnya, density es lebih kecil daripada air sehingga es mengapung di air. Silakan coba sendiri di rumah dengan memasukkan es batu ke dalam gelas yang berisi air. Akan terlihat ada sekitar 10% volume es batu yang muncul di permukaan air gelas (dalam bahasa Inggris dikatakan tip of the iceberg). Kalau es batu ini mencair, apakah permukaan air di gelas akan naik? Jawabannya tidak, permukaan air di gelas akan tetap walaupun es batu sudah mencair. Penasaran, kan?

Jadi, kalau es mencair, akankah menaikkan permukaan air laut? Jawabannya bisa iya dan bisa juga tidak. Iya kalau es (glacier dan ice sheets) yang mencair adalah es yang membeku di daratan, seperti di Greenland dan Antartika. Tidak kalau es yang mencair adalah es yang membeku di lautan.

Dengan kenaikan rata-rata suhu bumi di atas 1,5 °C, diperkirakan permukaan air laut akan naik sekitar 2 meter. Dapat dibayangkan, banyak kota akan tenggelam di dunia ini. Karena itu, kesadaran umat manusia untuk lebih bijaksana dalam memanfaatkan sumber energi yang tersedia demi mengurangi efek negatif dari emisi gas rumah kaca menjadi sangat penting. Semoga.


Penulis: Arcandra Tahar (Mantan Menteri ESDM Indonesia)

Editor: Teuku Zulman Sangga Buana

Sumber: Arcandra Tahar

Tags : bumiemisiiklimkarbonperubahan iklim

The author Redaksi Sahih

Leave a Response