close
Opini

Adakah Asa di Balik Restrukturisasi Garuda?

Foto: Garuda

Selama beberapa bulan terakhir, tidak ada BUMN yang paling sering dibicarakan dan ditunggu informasinya selain PT Garuda. Hal tersebut tak terlepas dari performa keuangannya yang terus menurun disertai penumpukan hutang yang menggunung, pernyataan kebangkrutan perusahaan, dan ancaman ditutupnya PT tersebut.

Kondisi buruk PT Garuda ini ditenggarai oleh tata kelola korporasi yang buruk dan korupsi yang tidak sedikit. Di samping itu, biaya sewa pesawat yang tinggi juga menjadi masalah lain. Selain itu, imbas pandemi turut memperburuk keadaan perusahaan yang memang sudah buruk.

Beberapa hari yang lalu, prestasi PT Garuda mengalami peningkatan yang amat signifikan. Dari total hutang jatuh tempo Rp70 triliun pada Mei, meningkat menjadi Rp100 triliun. Inilah sebuah prestasi yang dapat dibanggakan oleh BUMN ini, tak ada di BUMN lain.

Di tengah carut marut yang bisa dikatakan hampir sempurna, pihak perusahaan melakukan hampir segala cara yang bisa dilakukan demi menyelamatkan maskapai pelat merah tersebut, mulai negosiasi dengan pihak penyewa sampai dengan rencana restrukturisasi perusahaan.

Yang baru-baru ini mencuat, perusahaan penerbangan pelat merah ini menyusun proposal restrukturisasi untuk menekan hutang dari 9,78 miliar dolar AS menjadi 3,69 miliar dolar AS. Rencana restrukturisasi itu dilakukan dalam tiga langkah.

Di tengah pemasukan yang menukik drastis, biaya sewa pesawat yang sudah lama menjadi beban bagi perusahaan menjadi makin berat. Maka dari itu, langkah pertama yang dilakukan adalah mengurangi jumlah sewa pesawat dari 202 menjadi 134 dan mengurangi pesawat dari 13 tipe menjadi 7 tipe saja.

Tidak hanya mengurangi armada maskapai, beban sewa pesawat yang tidak normal juga menjadi permasalahan tersendiri. Oleh karenanya, di samping merampingkan jumlah armada, pihak perusahaan juga menegosiasikan kembali biaya sewa pesawat sebagai bagian dari langkah kedua. Dengan harapan, negosiasi tersebut dapat membuat biaya sewa turun 40–50% dari biaya saat ini.

Hal lain yang turut menjadi masalah adalah beban tunggakan hutang yang terus-menerus melahirkan bunga yang makin memperparah kondisi neraca keuangan perusahaan. Oleh sebab itu, pihak perusahaan menempuh langkah ketiga dengan membatalkan nilai hutang dan tunggakan secara material terhadap beberapa kreditur.

Banyaknya kreditur membuat pihak perusahaan melakukan perlakuan yang berbeda-beda dalam merealisasikan langkah ketiga ini. Pelunasan secara bertahap ditempuh pihak perusahaan dalam melunasi tunggakan pajak dan gaji karyawan. Collateral Settlement terhadap kreditur terjamin, mengonversi Obligasi Wajib Konvensi (OWK) menjadi ekuitas, Zero Coupon Bond terhadap Pertamina, Himbara, AirNav, dan Gapura agar hutang turun 70–85% serta hutang dengan kupon baru dan ekuitas terhadap kreditur lainnya agar hutang turun 70–85%.

Setelah segala langkah restrukturisasi ini tunai dilakukan, harapannya biaya produksi dapat terus ditekan dan kondisi pandemi terus membaik. Dengan demikian, pendapatan dapat meningkat dan kinerja operasi perusahaan mulai positif pada September 2022.

 

Penulis: Misbahul 

Editor: Teuku Zulman Sangga Buana

Tags : BUMNgaruda indonesiaindonesiapesawat

The author Redaksi Sahih

Leave a Response