close
Bisnis

IMF: Krisis Keuangan-Baru Bisa Terjadi karena Dana Bantuan Darurat

Sumber Foto: Unsplash

SAHIH.CO, JAKARTA – Dana bantuan darurat yang diberikan oleh bank sentral dan kementerian keuangan sejumlah negara selama pandemi Covid-19 telah memicu spekulasi bahwa dunia rentan terhadap krisis keuangan baru. Demikian pernyataan dari Dana Moneter Internasional atau IMF.

Sebagaimana disebut oleh TheGuardian.com pada Rabu, 13 Oktober 2021, pernyataan tersebut disampaikan dalam laporan IMF bertajuk Global Financial Stability Review (GFSR) setengah tahunan. IMF menyatakan, para pembuat kebijakan dihadapkan dengan tantangan menyeimbangkan kegiatan ekonomi sambil mencegah konsekuensi yang tidak diinginkan dan risiko stabilitas keuangan jangka menengah.

IMF mencatat bahwa harga saham kini sudah sangat tinggi dan harga rumah telah melonjak di banyak negara. IMF juga menyebutkan bahwa investor semakin khawatir tentang prospek ekonomi di tengah meningkatnya infeksi virus dan ketidakpastian yang lebih besar tentang kekuatan pemulihan, khususnya di negara berkembang.

“Tanda-tanda peringatan, misalnya, meningkatnya risiko keuangan dan meningkatnya kerentanan di sektor lembaga keuangan nonbank, menunjukkan pelemahan pada fondasi stabilitas keuangan,” kata IMF dalam laporan tersebut.

Bila kondisi ini tidak diatasi, kerentanan dapat berkembang menjadi masalah warisan struktural, sebut IMF. Dengan begitu, pertumbuhan jangka menengah bakal berisiko dan ketahanan sistem keuangan global bisa terguncang. Rilis itu datang pada awal pertemuan tahunan IMF dengan agenda yang didominasi oleh kekhawatiran tentang risiko terhadap pertumbuhan global.

Dalam laporan lain yang dirilis sehari sebelumnya, IMF menyerukan agar negara-negara kaya untuk memenuhi janji vaksin kepada negara-negara berkembang. Hal ini perlu dilakukan karena sudah ada kesenjangan yang berbahaya dalam prospek ekonomi di seluruh dunia.

IMF pun memangkas perkiraan pertumbuhan untuk banyak negara Barat. Lembaga itu juga kian khawatir bahwa kondisi negara-negara berpenghasilan rendah bisa menjadi jauh lebih buruk.

Adapun prospek ekonomi dunia dalam enam bulan terakhir—menunjukkan pemulihan dari keruntuhan aktivitas tahun lalu—masih terus berlanjut. Akan tetapi, momentumnya sudah melemah.

Penasihat ekonomi IMF, Gita Gopinath, mengatakan proyeksi pertumbuhan global untuk tahun 2021 telah direvisi turun sedikit menjadi 5,9 persen dari 6 persen pada bulan Juli. Proyeksi tersebut tidak berubah untuk tahun 2022, yaitu sebesar 4,9 persen.

Khusus untuk Inggris, IMF memperkirakan akan menjadi negara industri terkemuka G7 dengan pertumbuhan tercepat, meskipun proyeksinya diturunkan dari 7 persen menjadi 6,8 persen. Selain itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, Jerman, Jepang dan Kanada juga turut diturunkan.

 

Sumber: Tempo.co

Tags : bisnisekonomiIMFkeuangankrisis keuangan

The author Redaksi Sahih

Leave a Response