close
KesehatanOpini

Puntung Rokok: Kecil, Berbahaya, dan Diabaikan

Sumber Foto: Freepik

Kecil, berbahaya, dan diabaikan, setidaknya itulah ungkapan singkat yang layak untuk mendefinisikan sampah puntung rokok, yang oleh sebagian orang hampir tidak dianggap sebagai sampah karena ukurannya yang kecil. Hal tersebut didukung oleh sebuah survei yang dilakukan Keep America Beautiful,  sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Amerika Serikat, menyatakan bahwa 77% responden survei berpikir  bahwa puntung rokok bukanlah sampah, sebuah pikiran yang membuat puntung rokok kian lestari berserakan di mana-mana.

Namun sebenarnya, ia amat berbahaya, selain sampah mayoritas di lautan, ia juga digolongkan sebagai sampah berbahaya (B3) menurut hukum negara. Secara waktu, puntung rokok butuh hingga sepuluh tahun untuk terurai, dan dalam banyak penelitian disebutkan bahwa ia dapat memberikan efek buruk bagi lingkungan. Meskipun demikian, Indonesia hingga saat ini belum punya solusi khusus dalam menangani sampah tersebut.

Invasi Puntung Rokok di Lautan

Akhir tahun 2019 lalu, entah kenapa sejumlah besar penyu mati di sejumlah perairan di berbagai daerah. Namun yang  pasti, di antara penyu-penyu yang mati tersebut, ditemukan sejumlah sampah di dalam pencernaannya, mulai  plastik, karet hingga puntung rokok.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, asal muasal puntung rokok di lautan dapat diteliti dari kebiasaan para perokok yang membuang puntung rokok sembarangan, seperti di jalanan, trotoar, dan selokan—yang ujungnya akan sampai ke laut. Setidaknya ada 5,6 triliun rokok yang dikonsumsi setiap tahun di seluruh dunia, yang 2/3 dari keseluruhan dibuang sembarangan dan tidak sedikit yang berakhir di lautan.

Faktanya, dalam kegiatan bersih-bersih pantai sejak 1980-an, sekitar 30 hingga 40% sampah yang ditemukan merupakan sampah puntung rokok. Sementara itu, sebuah penelitian yang dilakukan University of Georgia pada 2015 menunjukkan bahwa Indonesia menghasilkan 187,2 juta ton sampah di lautan, yang mana 52 juta tonnya adalah puntung rokok.

Hal tersebut kembali diperkuat oleh data dari The Ocean Conservancy, yang mensponsori International Coastal Cleanup (ICC) setiap tahunnya, kegiatan bersih-bersih badan air di seluruh dunia. Dari kegiatan tersebut, sampah terbanyak yang dikumpulkan setiap tahunnya adalah puntung rokok.

Tak ubahnya sampah plastik, puntung rokok juga kerap disangka sebagai makanan oleh burung dan hewan laut. Akibatnya, mereka menelan puntung rokok tersebut sehingga mengakibatkan masalah pencernaan serius atau dalam kasus penyu di atas, menyebabkan kematian.

Masalah bagi Lingkungan

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa puntung rokok mengandung sejumlah senyawa yang berbahaya dari timbal, kadmium, nikotin sampai dengan sejumlah zat lain dengan sifat arsenik yang dapat mencemarkan air dan turut meracuni kehidupan biota laut. Fakta lain juga menunjukkan bahwa sebatang puntung rokok mengandung hingga 14% nikotin. Hal tersebut sejatinya juga mengancam kesehatan manusia sebab sebagian besar hasil laut (baca: ikan) berakhir di perut manusia.

Lebih lanjut, nilai toksik yang dimiliki oleh puntung rokok dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Slaughter, dkk. (2014) berjudul “Toxicity of Cigarette Butts, and Their Chemical Components, to Marine and Freshwater Fish”. Mereka menyatakan racun yang terkandung di dalam sebuah puntung rokok yang diencerkan dengan satu liter air cukup untuk membunuh ikan dan biota laut lain yang ada di dalamnya.

Di samping itu, penelitian yang dilakukan oleh Departemen Biologi Anglia Ruskin University pada 2019 menemukan bahwa puntung rokok mengurangi tumbuhnya kecambah pada rumput dan semanggi hingga 25%. Selain itu, puntung rokok juga mengurangi nyaris 60% jumlah biomassa akar semanggi.

Maka dari itu, sudah seharusnya banyak orang menyadari bahwa puntung rokok merupakan problematika yang besar bagi lingkungan, bahkan puntung rokok adalah masalah yang lebih besar daripada sampah plastik karena jumlahnya yang amat banyak, sulit dikumpulkan, dan toksisitasnya melampaui plastik. Hal yang sama juga ditemukan di pantai-pantai di Indonesia, juga di terumbu karangnya.

Hal tersebut hanya dari puntung rokoknya, belum lagi jika kita mengulas asap rokok. Apalagi industri rokok, yang secara langsung juga berperan penting dalam meningkatnya angka deforestasi di sejumlah negara.


Penulis: Misbahul
Editor: Teuku Zulman Sangga Buana

Tags : lingkunganmasa depan manusiarokoksorotan

The author Redaksi Sahih

Leave a Response