close
Kalam

Ketika Orang yang Kita Cintai Pergi

Sumber Foto: Freepik

Seorang mukmin, jika ia diuji dengan musibah oleh Allah ‘azza wa jalla selayaknya ia mengingat beberapa perkara. Pertama, dia harus mengetahui bahwa Allah-lah yang menurunkan musibah kepada seorang hamba, sedangkan Dia adalah Yang Maha Mengetahui dan Mahaadil.

Allah berfirman,

لا يسأل عما يفعل وهم يسألون

“Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang dikerjakan, tetapi merekalah yang akan ditanya.”

Tidaklah Allah menguji seorang hamba melainkan untuk kebaikannya dan untuk kemaslahatan dirinya. Kemaslahatan tersebut ada dalam tiga hal.

  1. Apakah sebagai peringatan dari kelalaian dirinya. Betapa banyak hamba-Nya terlalaikan dari ketaatan kepada Allah dan amat sangat jauh dari pintu-Nya. Sebagai bentuk kasih sayang-Nya, Allah menurunkan musibah apakah dengan kematian anak, keluarga, atau orang yang dikasihinya yang dengan musibah tersebut teringatlah dirinya akan kelalaiannya dan kembali kepada Allah sehingga dia menjadi hamba yang saleh.
  2. Musibah dapat menggugurkan dosa-dosa seorang hamba sehingga seseorang berjalan di atas muka bumi dalam keadaan tiada lagi noda kemaksiatan melekat di dalam dirinya.
  3. Jika seorang hamba bersabar dalam musibah yang menimpanya, kedudukannya di dalam surga Allah tabaraka wa ta’ala akan ditinggikan. Dan sungguh, terkadang Allah menginginkan kedudukan seorang hamba yang tinggi di jannah, tetapi hamba tersebut tidak dapat menggapai perkara tersebut dengan amalan kebaikannya sehingga Allah memberikan cobaan dan mengaruniakan kesabaran kepadanya. Maka dari itu, sebagai hasilnya dia mendapatkan kedudukan tersebut di sisi-Nya.

Kedua, hendaknya seorang hamba jika diuji dengan kematian orang yang dikasihinya agar berprasangka baik kepada Rabb-nya. Hal ini karena seorang mukmin jika dihadapkan dengan kematian, berprasangka baik kepada Allah adalah hal yang diharuskan. Dia berharap mayyit tersebut dalam keadaan baik dan mendapat berita gembira sembari jenazah tersebut berkata sebagaimana yang telah dihikayatkan di dalam hadis, “Percepatlah prosesi penguburanku! Percepatlah!

Begitulah seorang muslim ketika ia diwafatkan. Dia rindu akan perjumpaan dengan Rabb-nya dan tidak sabar untuk mendapat balasan kebaikan sebagai bentuk rahmat dari Allah ta’ala.

Kemudian, hendaknya dia mengambil pelajaran tentang kematian orang yang dikasihinya, bahwa hari ini dia kehilangan orang tersebut, tetapi bisa jadi hari esok adalah gilirannya untuk menghadap kematian. Kita akan diantar ke pekuburan sebagaimana mereka diantar dan hanya Allah yang mengetahui waktu kematian kita.

Sepantasnya bagi seorang hamba agar mengambil pelajaran dengan memperbanyak bertaubat kepada Allah dan meningkatkan ketaatan kepada-Nya sebab ketika kita memeriksa jiwa-jiwa kita, akan kita dapati dosa-dosa yang yang tiada terbilang. Oleh karena itu, sisa waktu yang Allah berikan hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kita meminta kepada Allah taufik dan hidayah-Nya, dan semoga Allah mewafatkan kita dalam keadaan husnulkhatimah.


Penyadur: Asqar Quraisy
Editor: Nauval Pally Taran

Disadur dari ceramah Syekh Sulaiman Ar-Ruhaili berjudul “Sikap Seorang Muslim dalam Menghadapi Musibah dengan Diwafatkannya Orang yang Dikasihi.”

Tags : cintaislamkalammatinasehat

The author Redaksi Sahih

Leave a Response