close
BisnisKesehatan

Behind the Scene Gelas Sekali Pakai

Sumber Foto: Pixabay

Penggunaan gelas sekali pakai yang marak dalam industri kopi dan gaya hidup kita sehari-hari dewasa ini telah mengondisikan jutaan pohon ditebang setiap tahunnya. Penebangan pohon dalam jumlah yang tidak sedikit ini juga tentu menghabiskan energi dalam jumlah yang banyak, yang kemudian sekaligus memproduksi emisi karbon yang tidak sedikit.

Di samping itu, nyaris semua gelas kertas sekali pakai tidak terlepas dari jerat plastik, baik dipakai di tutup gelasnya, maupun di bagian dalam gelas yang dimaksudkan untuk menjaga gelas dari kebocoran saat dipakai dan lebih tahan saat diisi air panas. Dilansir dari demibumi.id, sebuah riset yang dilakukan oleh Indian Institute of Technology Kharagpur, menyebutkan bahwa minuman panas dalam gelas kertas sekali pakai ini mengandung sekitar 25.000 mikroplastik setelah 15 menit dalam suhu 85–90 oC.

Interaksi langsung antara plastik dan air panas secara serius telah menyebabkan degradasi pada plastik tipis dalam gelas kertas sekali pakai. Hal tersebut kemudian menyebabkan zat-zat beracun pada plastik tersebut larut dalam kopi yang kita minum.

Pengonsumsian minuman yang sudah terkontaminasi mikroplastik secara berkelanjutan juga akan mengundang banyak petaka terhadap kesehatan kita. Selain itu, penggunaan gelas kertas tanpa dicuci lebih dahulu juga sangat memungkinkan adanya beragam bakteri dalam segelas kopi yang rutin kita konsumsi.

Penggunaan plastik pada gelas ini pun pada akhirnya menyebabkan sampah gelas kertas akan cukup sulit terurai. Menurut Chris Cheeseman, seorang professor dari Imperial College London, membutuhkan waktu setidaknya tiga puluh tahun agar sampah gelas kertas sekali pakai ini dapat mulai terurai. Hal ini karena adanya lapisan plastik di bagian dalam gelas tersebut.

Merebaknya kultur ngopi di lingkungan kita saat ini memicu intensitas penggunaan gelas kertas yang notabenenya sekali pakai menjadi cukup tinggi pula. Hal tersebut menjadikan gelas kertas memiliki andil yang tidak sedikit dalam jumlah sampah di setiap Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di setiap daerah.

Mengingat proses terurainya yang cukup lama dan prosedur daur ulangnya yang terbilang rumit, tentu menjadikan fenomena ini sebagai keprihatinan kolektif kita bersama. Pasalnya, untuk mendaur ulang gelas kertas ini, kita harus lebih dahulu memisahkan antara kertas dan plastik pada gelas.

Proses pemisahan ini pun tidak dapat sembarang dilakukan. Butuh teknologi dan energi tertentu untuk melakukan pekerjaan ini. Di Inggris sendiri, baru ada sekitar tiga perusahaan saja yang bisa melakukan pekerjaan tersebut.


Penulis: M. Haris Syahputra
Editor Substantif: Nauval Pally Taran
Editor Naskah: Teuku Zulman Sangga Buana

Tags : gelaskertaskesehatanlingkunganplastikpohon

The author Redaksi Sahih