close
Dunia TengahFeature

Bagaimana Penyaluran Donasi Menjadi Terpercaya dan Transparan di Arab Saudi

Sumber Foto: Arab News

SAHIH.CO, JEDDAH – Amal adalah bagian tak terpisahkan dari Ramadan bagi setiap Muslim yang mampu untuk menyumbang kepada yang membutuhkan. Padahal, sebagaimana diketahui, zakat merupakan salah satu rukun Islam yang lima.

Namun, semangat kedermawanan ini terlalu sering dimanfaatkan oleh para penjahat yang memobilisasi perempuan, anak-anak, orang tua, dan orang cacat untuk memperkaya diri mereka sendiri.

Di Arab Saudi, pemerintah telah menanggapi masalah tersebut dengan meluncurkan sejumlah platform amal yang diatur oleh negara serta dorongan kesadaran publik yang tujuannya adalah untuk mencegah eksploitasi tersebut dan memastikan bahwa donasi tidak berakhir untuk membiayai terorisme.

Kepresidenan Kerajaan Keamanan Negara baru-baru ini meluncurkan kampanye media sosial yang kuat yang menampilkan video di mana seorang wanita memaksa tiga anak untuk mengemis di jalanan.

Ketika seorang pejalan kaki menyerahkan uang kepada wanita itu, dia memasukkannya ke dalam saku bajunya, memperlihatkan senapan serbu dan rompi bunuh diri yang tersembunyi di balik pakaian hitamnya.

Wanita itu kemudian melepas cadarnya untuk mengungkapkan bahwa dia sebenarnya adalah seorang pria yang menyamar. Pesannya sederhana: “Menyumbang kepada orang yang tidak dikenal meningkatkan kemungkinan pendanaan teroris.”

Arab Saudi memperkenalkan undang-undang anti-pengemis yang baru pada tahun 2021. Berdasarkan ketentuannya, siapa pun yang mengemis, menghasut untuk mengemis, atau membantu mengemis dengan cara apa pun dapat menghadapi hukuman enam bulan penjara, denda SR50.000 ($13.329), atau keduanya.

Sementara itu, pelaku dalam kelompok terorganisir yang terlibat dalam kegiatan mengemis, dapat menghadapi satu tahun penjara, denda $26.659, atau keduanya.

Di bawah undang-undang anti-pengemis, siapa pun yang meminta uang, baik secara langsung atau tidak langsung, memalsukan cedera atau kecacatan, atau memanfaatkan anak-anak untuk memengaruhi orang lain agar memberi mereka uang dianggap pengemis.

Pelanggar non-Saudi dapat dideportasi setelah menjalani hukuman mereka dan dapat dilarang untuk memasuki Kerajaan. Sebuah undang-undang yang baru direvisi juga menganggap mengemis melalui platform media sosial sama dengan mengemis tradisional.

Di saat ada orang-orang yang benar-benar membutuhkan mengemis selama bulan suci Ramadan di negara-negara Teluk Arab yang relatif makmur, kelompok-kelompok kriminal diketahui menjalankan sindikat yang rumit, memperdagangkan orang-orang yang rentan ke Arab Saudi untuk mengumpulkan uang demi keuntungan mereka.

Ali, seorang anak laki-laki Yaman yang mengaku berusia 12 tahun tetapi terlihat jauh lebih muda, menghabiskan hari-harinya bersama dua anak laki-laki lain yang seumuran untuk mengemis dan membersihkan kaca depan mobil di salah satu jembatan utama Jeddah.

“Saya datang kurang dari setahun yang lalu,” kata Ali kepada Arab News, dengan sapu dan botol sabun di tangan di pinggir jalan yang sibuk. “Saya hanya ingin membantu keluarga saya. Saya tidak bisa pulang sekarang tanpa menghasilkan uang. Saya punya keluarga. Tolong bantu.”

Di sudut jalan terdekat, pria dan wanita tua di kursi roda menunggu pengendara yang lewat berhenti untuk memberi mereka makanan atau uang, mencengkeram kertas yang mengeklaim bahwa mereka tidak mampu membayar biaya pengobatan mereka.

Di lampu lalu lintas, anak-anak acak-acakan menggendong bayi di pinggul mereka mengetuk jendela kendaraan yang lewat, telapak tangan terbuka menghadap ke atas memohon uang receh.

Pemandangan itu akrab di seluruh Timur Tengah. Akan tetapi, bahkan orang yang paling percaya pun dapat terganggu dengan keraguan: ke mana perginya uang itu? Mungkinkah adegan ini, yang tidak pernah gagal untuk menarik hati sanubari, telah dipentaskan oleh seorang pengendali yang tak terlihat? Apakah pengendara hanya menyulut masalah dengan membagikan uang tunai?

Penanggulangan Kerajaan tidak terbatas pada pengemis di tingkat jalanan. Pihak berwenang Saudi selama beberapa waktu fokus memerangi geng kriminal dan kelompok ekstremis yang secara curang menyamar sebagai organisasi amal yang sah.

Pada tahun 2016, Kementerian Dalam Negeri mengatakan bahwa termasuk perbuatan ilegal bagi organisasi untuk mengumpulkan dana tanpa terlebih dahulu mendapatkan izin dari otoritas terkait.

Organisasi amal juga telah diminta untuk menjadi lebih transparan tentang bagaimana mereka mengumpulkan dan menggunakan sumbangan publik. Upaya digitalisasi pemerintah sendiri telah sangat meningkatkan transparansi dan efisiensi dalam penyampaian layanan elektronik.

Transformasi digital berkembang di sektor amal dengan penciptaan layanan baru yang diatur, termasuk Ehsan, Shefaa, KSrelief, dan National Donations Platform, yang dikembangkan dan diawasi oleh Otoritas Data dan Kecerdasan Buatan Saudi.

Ehsan, sebuah platform yang diluncurkan pada tahun 2021, memungkinkan para dermawan dan donor untuk memilih dari berbagai tujuan amal yang mereka anggap cocok dengan hati mereka, mulai dari masalah sosial dan ekonomi, hingga kesehatan, pendidikan, dan lingkungan.

Dengan berfokus pada nilai-nilai individu dan isu-isu sosial tertentu, Ehsan bertujuan untuk mendorong rasa tanggung jawab sosial yang lebih besar di antara masyarakat umum dan organisasi sektor swasta, bersamaan dengan mempromosikan budaya transparansi dalam pemberian amal.

Salah satu layanan Ehsan, Furijat, adalah skema pembayaran utang untuk orang yang dihukum karena kejahatan keuangan yang dibebaskan dari penjara setelah utang mereka dilunasi. Layanan lain yang disebut Tyassarat membantu warga yang terbebani utang untuk mengatur ulang keuangan mereka dan kembali ke jalur semula.

Donor yang menggunakan platform Ehsan dapat memilih berapa banyak yang ingin mereka berikan dan dapat membayar dengan kartu debit atau kredit atau dengan Apple Pay.

Donasi bahkan menjadi semakin mudah di awal Februari tahun ini melalui aplikasi smartphone Tawakkalna, layanan resmi Pelacakan Kontak Saudi yang diluncurkan untuk melacak penyebaran Covid-19.

Tahun lalu, Raja Salman dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman memberikan banyak sumbangan melalui Ehsan yang mendorong angka total platform melewati angka SR1 miliar. Sejak diluncurkan, Ehsan telah menerima donasi lebih dari SR1,4 miliar ($373,2 juta) dan membagikannya kepada lebih dari 4,3 juta penerima manfaat.

Pada hari Rabu, 6 April 2022, Raja Salman menyetujui peluncuran–untuk tahun kedua berturut-turut–Kampanye Nasional untuk melakukan Pekerjaan Amal melalui platform Ehsan .

Platform Donasi Nasional juga memberikan solusi mudah untuk menghubungkan para donor dengan individu yang membutuhkan di seluruh Kerajaan, sambil memastikan proses donasi digital yang andal dan aman yang diawasi oleh Kementerian Sumber Daya Manusia dan Pembangunan Sosial.

Hingga saat ini, lebih dari 3,5 juta orang telah memperoleh manfaat dari uang yang diberikan melalui Platform Donasi Nasional, termasuk anak yatim, orang sakit, orang tua, dan orang-orang yang tinggal di perumahan di bawah standar.

Mereka yang ingin berkontribusi pada proyek bantuan luar negeri dapat melakukannya melalui Pusat Bantuan dan Bantuan Kemanusiaan Raja Salman, KSRelief, yang bekerja di 79 negara, yang mendukung segala hal mulai dari penyediaan operasi spesialis hingga pembersihan ranjau darat.

Hingga Februari tahun ini, $5,6 miliar telah dihabiskan untuk pelaksanaan sekitar 1.919 proyek, banyak di antaranya berkaitan dengan ketahanan pangan dan kampanye kesehatan masyarakat. Yaman, Palestina, dan Suriah adalah tiga penerima manfaat utama.

Dengan banyaknya negara Arab yang berjuang untuk mengatasi gejolak ekonomi dari pandemi Covid-19 dan dampak inflasi perang di Ukraina pada harga pangan dan bahan bakar, sumbangan amal sekarang lebih dibutuhkan daripada sebelumnya untuk mendukung mereka yang membutuhkan.

Untungnya, dengan curahan kemurahan hati publik, bahkan sebelum bulan suci Ramadan, telah memungkinkan lembaga bantuan di Kerajaan dan sekitarnya untuk memberikan bantuan di tempat yang paling membutuhkan.

Dengan mengatur donasi dan memastikan transparansi, otoritas Saudi sekarang dapat memastikan bantuan ini tidak berakhir di kantong penjahat atau mendanai aksi terorisme, tetapi menjangkau mereka yang benar-benar membutuhkan.

 

Penerjemah: Muhajir Julizar
Editor: Arif Rinaldi

Sumber: Arab News

The author Redaksi Sahih