close
KesehatanRagam

Bagaimana Rokok Memengaruhi Angka Stunting di Indonesia

Sumber Foto: Tribun

Konsumsi rokok pada keluarga miskin masih sangat tinggi di Indonesia. Menurut Kasubdit Kerawanan Sosial BPS, Ahmad Avenzora, catatan statistik barang konsumsi di Indonesia menunjukkan bahwa belanja makanan bergizi berada di bawah belanja rokok.

Dikutip dari infografik dampak rokok terhadap stunting dan kemiskinan yang diterbitkan oleh Universitas Indonesia, konsumsi rokok orang tua berdampak pada tumbuh kembang anak, baik secara fisik maupun kognitif.

Orang tua yang merokok sangat mungkin menyebabkan anak stunting, yaitu tumbuh kerdil dan tingkat kecerdasan lebih rendah. Baik secara langsung lewat asap rokok maupun berkurangnya belanja makanan bergizi sebagai faktor utama tumbuh kembang anak.

Artinya, jika belanja rokok dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali, kesempatan keluarga miskin untuk belanja makanan bergizi akan jadi jauh lebih besar, dan inilah syarat utama untuk menghindari stunting.

“Asap rokok mengganggu penyerapan gizi pada anak, yang pada akhirnya akan mengganggu tumbuh kembangnya,” ujar Dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A(K)., M.P.H., seorang dokter anak yang juga tergabung dalam Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)

Di samping itu, menurut Bernie, pengaruh perilaku merokok terhadap anak stunting juga dapat dilihat dari sisi biaya belanja rokok yang membuat orang tua mengurangi “jatah” biaya belanja makanan bergizi, biaya kesehatan, dan pendidikan.

Menkeu Sri Mulyani, dalam pertimbangannya menaikkan cukai tembakau juga menyebut bahwa rokok menjadi pengeluaran kedua tertinggi masyarakat miskin di perkotaan dan perdesaan setelah konsumsi beras.

Dilihat dari total pengeluaran, konsumsi rokok mencapai 11,9 persen di perkotaan dan 11,24 persen di perdesaan. Angka tersebut lebih rendah dari konsumsi beras, namun lebih tinggi dibandingkan pengeluaran untuk protein, seperti daging, telur, tempe, serta ikan.

Tim Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI) telah melaksanakan studi yang membuktikan efek konsumsi rokok terhadap kemiskinan dan kejadian stunting di Indonesia. Penelitian yang menggunakan kumpulan data longitudinal (1997 – 2014) dari Indonesian Family Life Survey (IFLS) ini membuktikan bahwa perilaku merokok telah berdampak pada kondisi stunting anak-anak mereka yang ditunjukkan dari tinggi dan berat badan.

Teguh Dartanto, PhD., Kepala Departemen Ilmu Ekonomi FEB UI sekaligus penanggung jawab penelitian tim riset PKJS menjelaskan lebih detil, “Kami mengamati berat badan dan tinggi anak-anak (<= 5 tahun) pada 2007 dan kemudian melacak mereka pada 2014 secara berurutan untuk mengamati dampak perilaku merokok orang tua dan konsumsi rokok pada stunting.

Secara mengejutkan, ditemukan anak-anak yang tinggal di rumah tangga dengan orang tua perokok kronis ataupun perokok transien cenderung memiliki pertumbuhan yang lebih lambat dalam berat dan tinggi dibandingkan mereka yang tinggal di rumah tangga tanpa orang tua perokok.”

Teguh menambahkan, penelitian ini menegaskan bahwa anak-anak yang tinggal dengan orang tua yang tidak merokok akan tumbuh 1,5 kg lebih berat dan 0,34 cm lebih tinggi daripada mereka yang tinggal dengan orang tua perokok kronis. Ini menunjukkan bahwa perokok aktif/kronis cenderung memiliki probabilitas anak-anak pendek atau kerdil.

Temuan PKJS-UI ini memberikan bukti berharga, bahwa mengendalikan konsumsi rokok tidak hanya akan mengurangi prevalensi perokok, tetapi juga secara konstan akan membuat masa depan Indonesia lebih baik dengan menekan stunting dan menahan laju kemiskinan.

Penulis: M. Haris Syahputra
Editor: Arif Rinaldi

Tags : kemiskinankesehatanmasyarakatrokokStunting

The author Redaksi Sahih