close
KesehatanKulinerRagam

Dekafeinasi: Biar Semua Bisa Minum Kopi

Sumber Foto Ilustrasi: Pixabay

Sejak lama kopi telah menjadi primadona masyarakat Indonesia, bahkan dunia, setelah makanan pokok. Namun, kopi kerap membawa hal-hal yang kurang ramah bagi kesehatan penikmatnya.

Kandungan kafein pada kopi yang cukup tinggi memungkinkan penikmatnya mengalami berbagai masalah kesehatan. Meski memang ada beberapa manfaat yang juga dikandungnya, seperti memberi efek stimulasi kepada saraf pusat, termasuk meningkatkan kewaspadaan, konsentrasi, dan mencegah kantuk.

Dampak negatif dari konsumsi kafein yang bersinambungan ini akan dengan segara dirasakan oleh mereka yang sensitif terhadap kafein. Gejalanya dapat berupa detak jantung yang lebih kencang, insomnia, sering buang air kecil yang dapat memicu dehidrasi, gelisah, hingga gangguan pencernaan.

Dengan kompleksitas masalah tersebut, sebagai primadona dan telah menjadi budaya namun juga membawa banyak dampak yang tidak baik bagi kesehatan, kopi decaf sepertinya membawa angin segar bagi para penikmat kopi.

Sebagai informasi, kopi decaf merupakan kopi yang telah melalui proses dekafeinasi. Dekafeinasi adalah metode untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan kadar kafein dalam kopi. Tujuan dari dekafeinasi adalah agar orang yang sensitif terhadap kafein dapat tetap menikmati kopi.

Melansir dari tirto, proses dekafeinasi kopi ditemukan pertama kali oleh Ludwig Roselius pada 1905. Saat itu, dekafeinasi yang dilakukan Roselius menggunakan bensol, sejenis hidrokarbon yang dapat mengurangi kadar kafein dalam biji kopi hijau.

Namun saat ini, proses dekafeinasi menjadi lebih alami dan mudah, bahkan beberapa produsen kopi menyebut proses dekafeinasinya dilakukan secara natural.

Metode Dekafeinasi

Secara umum ada tiga proses dekafeinasi, di mana ketiganya memiliki prinsip yang serupa.

Metode pertama adalah dengan menggunakan air. Air digunakan sebagai pelarut untuk menghilangkan kafein dari biji kopi hijau (yang belum disangrai).

Proses ekstraksi semacam ini biasanya menggunakan delapan hingga dua belas tempat berbeda untuk pemurnian setiap tahapan dekafeinasi. Setelah kafein larut dalam air, biji kopi dibilas dan dikeringkan. Kemudian kopi hijau segar dimasukkan lagi ke dalam wadah khusus bersama hamparan arang aktif yang dapat menyerap kafein lebih optimal.

Proses ini dianggap proses yang natural, dan dapat menghilangkan kadar kafein hingga 94 sampai 96 persen.

Metode kedua adalah pelarut langsung, dan ini yang paling banyak digunakan di Eropa. Metode ini menggunakan metilen klorida, minyak kopi, atau etil asetat untuk melarutkan kafein dan mengekstraknya dari kopi. Pelarut ini disirkulasi ke biji-biji kopi hijau yang masih lembab, yang akan melarutkan sebagian kafeinnya. Biji kopi lalu dimasukkan ke evaporator, dan dicuci bersih.

Proses ini dapat menghilangkan kafein 96 hinga 97 persen. Namun, dekafeinasi dengan pelarut juga akan menghilangkan zat-zat padatan non-kafein.

Metode ketiga adalah metode dekafeinasisasi dengan menggunakan karbon dioksida. Pada metode ini, kafein akan larut bersama karbon dioksida. Modal yang diperlukan untuk metode ini memang terbilang besar, namun hasilya juga sangat bagus. Di mana metode ini dapat mengekstrak 96 hingga 98 persen kafein dalam biji kopi dan mempertahankan kepadatan biji kopi.

Tips Sederhana Kurangi Kafein

Selain membeli biji atau bubuk kopi decaf, diantara langkah=langkah sederhana yang dapat kita lakukan untuk mengurangi konsumsi kafein harian adalah dengan mengurangi takaran bubuk kopi, memilih kopi Arabica, memilih bubuk kopi yang agak kasar, karena secara umum gilingan yang cukup halus akan menghasilkan kafein yang lebih banyak.

Selanjutnya, pilihlah biji kopi dengan hasil sangrai dark roast dibandingkan dengan light roast, karena tingkat keasamannya yang lebih rendah. Biji kopi dark roast menghabiskan waktu lebih lama ketika disangrai dibandingkan dengan light roast.

Satu biji kopi light roast diperkirakan mengandung 1,37 persen kafein, sedangkan medium dan dark roast 1,31 persen, tergantung dari besar kecilnya biji. Lamanya waktu sangrai ini di samping menurunkan kadar kafein dan asam, juga mengurangi rasa pahit pada kopi.

Penulis: M. Haris Syahputra
Editor: Arif Rinaldi

Tags : indonesiakesehatankopikulinermasyarakatnusantara

The author Redaksi Sahih