close
BeritaKabar Internasional

Myanmar: 5 Tahun Sejak Eksodus Massal Rohingya, UNHCR Desak Solusi

Sumber Foto: UN News

SAHIH.CO – “Eksodus terakhir dari Myanmar sekarang secara resmi didefinisikan sebagai situasi yang berlarut-larut,” kata juru bicara Badan Penggungsi PPB (UNHCR) Shabia Mantoo wartawan pada konferensi pers reguler di Jenewa.

Bantuan yang Ditingkatkan

Sejak awal krisis kemanusiaan, Pemerintah Bangladesh, komunitas lokal, dan lembaga bantuan dengan cepat membantu para pengungsi yang tiba di tempat yang sekarang menjadi kamp pengungsi terbesar di dunia di Cox’s Bazar.

Banyak orang Rohingya di sana terus memberi tahu UNHCR bahwa mereka ingin pulang ke Myanmar– selama kondisi untuk pemulangan yang aman, bermartabat, dan berkelanjutan terpenuhi dan mereka dapat menikmati kebebasan bergerak, akses ke dokumentasi, dan jalur untuk memiliki kewarganegaraan.

Mereka juga menggarisbawahi pentingnya mengakses layanan dan kegiatan yang menghasilkan pendapatan.

Ketergantungan pada Bantuan

Bagi hampir satu juta pengungsi Rohingya tanpa kewarganegaraan, kondisi di Bangladesh sangat padat, dan mereka masih sepenuhnya bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup.

“Dengan berkurangnya dana, mereka menghadapi banyak tantangan dalam kehidupan sehari-hari mereka,” kata Mantoo, mengutip beberapa survei penilaian kemanusiaan, yang menemukan bahwa nutrisi yang tepat, bahan tempat tinggal, fasilitas sanitasi, dan peluang mata pencaharian termasuk di antara kebutuhan yang paling umum tidak terpenuhi.

“Beberapa telah menggunakan perjalanan perahu yang berbahaya untuk mencari masa depan yang lebih baik”.

Juru bicara UNHCR juga menunjukkan bahwa insiden kekerasan, terutama bagi perempuan, anak-anak, dan penyandang disabilitas, seringkali tidak dilaporkan.

Kekerasan terhadap anak dan perempuan, terutama kekerasan berbasis gender, “diselubungi stigma” yang dapat membuat para penyintas kehilangan suara, seringkali tidak dapat mengakses dukungan hukum, medis, psiko-sosial atau bentuk dukungan lainnya, katanya.

Kebutuhan Pendidikan

Dukungan harus “ditingkatkan” untuk pendidikan, pengembangan keterampilan, dan peluang mata pencaharian, lanjut Mantoo, mengingatkan bahwa ini tidak hanya akan mempersiapkan para pengungsi untuk kembali pada akhirnya, tetapi juga membantu mereka tetap aman dan produktif selama mereka tinggal di Bangladesh.

Sementara sekitar 10.000 anak Rohingya di Bangladesh sudah terdaftar dalam kurikulum Myanmar, diajarkan dalam bahasa Myanmar, dukungan untuk akses berkelanjutan dan meluas ke kurikulum diperlukan.

“Ini merupakan tonggak menuju pendidikan yang lebih formal dan membantu menutup kesenjangan bagi anak-anak yang lebih tua yang sebelumnya tidak memiliki kesempatan belajar,” kata juru bicara UNHCR.

Pengembangan Keterampilan

UNHCR juga meminta investasi lebih lanjut untuk memastikan pengungsi dapat memperoleh manfaat dari pengembangan keterampilan, termasuk pelatihan kejuruan dan bentuk pengembangan kapasitas lainnya untuk pengungsi remaja dan dewasa.

Selain memungkinkan para pengungsi untuk mendukung komunitas mereka dan hidup dengan bermartabat di Bangladesh, itu akan mempersiapkan mereka untuk membangun kembali kehidupan mereka ketika mereka dapat kembali ke Myanmar secara sukarela dan aman, yang saat ini hidup di bawah kekuasaan militer brutal setelah kudeta tahun lalu.

Dukungan Penting

Sementara dukungan internasional telah dan sangat penting dalam memberikan perlindungan dan layanan bantuan yang menyelamatkan jiwa bagi para pengungsi Rohingya, pendanaan masih jauh dari kebutuhan.

Rencana respons 2022, yang mencari lebih dari $881 juta untuk lebih dari 1,4 juta orang, termasuk pengungsi Rohingya dan lebih dari setengah juta komunitas tuan rumah yang paling terkena dampak, hanya didanai 49 persen, dengan $426,2 juta diterima, menurut UNHCR.

“Masyarakat internasional harus berbuat lebih banyak untuk memastikan bahwa Rohingya tidak terus merana dalam pengungsian,” tegas Mantoo, meminta agar upaya “digandakan” untuk meningkatkan dialog politik dan keterlibatan diplomatik untuk menciptakan kondisi pengembalian sukarela, aman, bermartabat dan berkelanjutan.

Penerjemah: Muhajir Julizar
Editor: Nauval Pally Taran

Sumber: UN News

Tags : kemanusiaankonflikpengungsiPerangrohingya

The author Redaksi Sahih