close
Sumber Foto Ilustrasi: Pixabay

SAHIH.CO – Guna menekan lonjakan harga beras di pasar domestik, Pemerintah India mulai melarang ekspor beras putih non-basmati sejak Juli 2023, dan diperkirakan akan terus berlanjut hingga April 2024 mendatang.

Menurut Kementerian Urusan Konsumen, Pangan, dan Distribusi Publik India, harga ecer beras di India telah meningkat 11,5 persen dalam kurun waktu satu tahun terakhir saja. Di mana langkah larangan ekspor ini diharapkan dapat mengendalikan harga beras bagi warga India, terlebih menjelang bulan-bulan pemilu di sana yang krusial.

Sebagai infotmasi, hampir 80 persen dari ekspor beras India terdiri dari varietas non-basmati, yang harganya lebih terjangkau serta banyak diminati di negara-negara miskin. Larangan ekspor beras non-basmati tersebut sangat memungkinkan akan memperburuk kerawanan pangan di banyak negara yang bergantung pada India sebagai pemasok beras utama mereka.

Meski kebijakan ini merupakan langkah positif bagi India, regulasi tersebut dapat menimbulkan gejolak besar bagi stabilitas pangan internasional menurut International Food Policy Research Institute (IFPRI). Sebab, selama 15 tahun terakhir, India merupakan eksportir beras terbesar di dunia, bahkan menyumbang 40 persen dari total ekspor beras global pada 2022/2023. Artinya, dunia akan kehilangan 40 persen beras yang beredar selama larangan ini masih berlanjut.

Melansir dari databoks sebagaimana dikutip dari data United States Department of Agriculture (USDA), pada tahun perdagangan 2022/2023 India mengekspor beras sebanyak 22,5 juta ton secara global, angka tersebut menjadikan India sebagai eksportir nomor satu di dunia.

Negara eksportir terbesar lainnya adalah Thailand (8,5 juta ton), Vietnam (7,5 juta ton), Pakistan (3,6 juta ton), Burma (1,9 juta ton), Kamboja (1,8 juta ton), Tiongkok (1,8 juta ton), Brasil (1,1 juta ton), Uruguay (900 ribu ton), dan Paraguay (820 ribu ton). Namun, kapasitas ekspor beras negara-negara tersebut masih jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan India.

Selama ini, ada 140 negara yang menjadi tujuan ekspor beras India menurut DW. Dan berdasarkan data dari International Food Policy Research Institute (IFPRI), ada 42 negara dengan lebih dari 50 persen pasokan beras domestiknya bergantung pada India. Bahkan, Bhutan merupakan negara dengan ketergantungan beras 100 persen dari India pada 2022 silam. Setelah Bhutan, Eritrea, Iran, Nepal, Liberia, Djibouti, Sri Lanka, Guinea, Kuwait, dan Madagaskar juga merupakan negara dengan tingkat ketergantungan beras dari India di atas 90 persen.

Selain negara-negara di atas, beberapa negara tetangga Indonesia juga akan turut terdampak imbas dari larangan ekspor tersebut. Di antaranya ialah Malaysia, Singapura, dan Filipina yang menurut data dari CNBC Indonesia juga memiliki kertergantungan tinggi terhadap beras dari India.

Seterusnya, larangan ekspor beras di India juga turut berdampak bagi Indonesia. Pasalnya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), India merupakan pemasok beras impor terbesar bagi Indonesia pada 2022 silam. Terlebih, Indonesia merupakan negara dengan tingkat konsumsi beras tertinggi di dunia.

Namun begitu, kabar buruk ini dapat menjadi angin segar bagi beberapa negara produsen beras lain dalam merebut pasar beras dunia. Sebut saja Thailand yang menyumbang sekitar 15 persen dan Vietnam 14 persen dari total permintaan pasar global di tahun sebelumnya. Fakta larangan ekspor India tentu akan menjadikan dua negara ini sebagai kiblat baru bagi negara-negara dengan beras sebagai sumber asupan kalori warganya.

Tags : berasimporindiaindonesiakrisis pangan

The author Redaksi Sahih