close
BeritaRagamTips

Modus Bukti Transfer Palsu Berbasis AI Merebak, Ini Langkah Aman Cek Transaksi

Sumber Foto Ilustrasi: Pixabay

Pewarta: Misbahul
Editor: Nauval Pally Taran

Masyarakat diimbau meningkatkan kewaspadaan terhadap modus penipuan baru yang kini memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk memalsukan bukti transfer. Penipu memanfaatkan teknologi ini agar bukti pembayaran tampak sah, padahal uang sebenarnya belum pernah ditransfer.

Menurut pakar keamanan siber Alfons Tanujaya sebagaimana dikutip dari Kompas.com, meski penipuan bukti transfer sudah marak terjadi bahkan sebelum munculnya AI, penggunaan teknologi ini membuat proses pemalsuan menjadi “lebih mudah dan lebih cepat”. Warga diminta senantiasa memverifikasi setiap bukti transfer yang diterima dengan mengecek mutasi rekening secara cermat sebelum mempercayainya.

Laporan Kasus di Aceh

Hadina Rivaldi Diaz, anggota Tim Siber Polda Aceh, menyampaikan bahwa pihaknya telah menerima laporan terkait upaya penipuan dengan menggunakan bukti transfer palsu berbasis AI.

Salah satu toko ponsel ternama di Banda Aceh nyaris menjadi korban penipuan dengan modus bukti transfer palsu berbasis AI. Pelaku berpura-pura sebagai pembeli dan mengirimkan tangkapan layar bukti transfer yang tampak meyakinkan. Tanpa kecurigaan awal, pihak toko telah menyiapkan proses pengiriman satu unit iPhone melalui jasa ojek online, beruntung kemudian ada kejanggalan yang membuat barang itu batal dikirim.

Rivaldi menambahkan bahwa untuk verifikasi yang lebih praktis dan cepat, pelaku usaha atau individu bisa memanfaatkan layanan seperti moota.co (https://moota.co/), yang memungkinkan pengguna memantau transaksi masuk secara real-time dari berbagai akun bank. “Dengan begitu, kita tidak mudah terkecoh oleh bukti visual semata, karena semua bisa dicek langsung ke sumbernya,” ujar Rivaldi.

Rivaldi juga memaparkan beberapa ciri gambar bukti transfer palsu yang dapat diidentifikasi:

  • Saat diperbesar (zoom in), gambar tampak buram, terutama di bagian tulisan atau angka.
  • Ada perbedaan font atau ketikan dibandingkan bukti transfer asli.
  • Secara kasat mata terlihat meyakinkan, namun jika diperhatikan lebih detail, kejanggalan menjadi jelas.

Modus Penipuan AI Semakin Sulit Dibedakan

Dalam modus ini, pelaku mengirim screenshot bukti transfer palsu kepada korban agar percaya bahwa dana sudah ditransfer. Dengan bantuan AI (misalnya ChatGPT untuk menyusun narasi penipuan atau generator gambar untuk membuat struk), dokumen palsu itu bisa tampak meyakinkan, terutama bagi korban yang tidak meneliti lebih lanjut.

“Bukti transfer palsu sering kali cukup dengan kemampuan editan sederhana, dan AI membuatnya lebih cepat dan ‘rapi’,” kata Alfons. Jika korban lengah, mereka bisa tertipu dan menyerahkan barang atau informasi penting tanpa pembayaran nyata. 

Tips Pencegahan bagi Masyarakat

Agar tidak menjadi korban dari penipuan dengan bukti transfer palsu, berikut beberapa langkah pencegahan:

  • Periksa mutasi rekening langsung: Jangan hanya percaya pada screenshot. Cek mutasi atau saldo melalui aplikasi atau ATM sebelum menyerahkan barang.
  • Verifikasi ke bank atau aplikasi resmi: Jika ragu, hubungi pihak bank atau gunakan aplikasi mobile banking.
  • Waspadai kejanggalan visual: Cek ketikan, format, logo, dan ketajaman gambar. Jika buram atau ada perbedaan kecil dalam susunan teks, itu bisa jadi pertanda palsu.
  • Jangan terburu-buru percaya: Pelaku biasanya terburu-buru atau mendesak agar barang segera dikirim.
  • Lapor jika curiga: Jika Anda mendeteksi modus seperti ini, segera laporkan ke kepolisian atau Divisi Siber terdekat.

Alfons Tanujaya mengingatkan, “Selalu cross-check bukti transaksi langsung ke rekening kita dan jangan percaya bukti apa pun yang diterima tanpa konfirmasi,” serta menyarankan untuk menunggu beberapa saat jika status transfer masih pending.

Dengan kehati-hatian dan verifikasi ganda, masyarakat dapat melindungi diri dari kerugian dan menjadi bagian dari perlawanan terhadap kejahatan siber.

Tags : AIbankberitakeuangankriminalpolisisainssibersmartphoneteknologitipsuang

The author Redaksi Sahih