Pewarta: M. Haris Syahputra
Editor: Nauval Pally T
Asap tebal menyelimuti langit selatan hingga utara Israel, mengawali bencana ekologi besar yang membakar lebih dari 5.000 hektare lahan dan mengguncang sistem penanganan bencana negara itu. Ribuan warga dievakuasi, lahan pertanian gagal panen, dan peringatan Hari Kemerdekaan pun dibatalkan.
Kebakaran yang terjadi pada akhir April hingga awal Mei 2025 ini tak hanya menyisakan kerusakan fisik, tetapi juga memperlihatkan ketimpangan perlindungan terhadap komunitas rentan serta ketidaksiapan negara dalam menghadapi krisis nonmiliter.
Kebakaran yang membawa dampak luas ini bermula pada Rabu, 30 April 2025, ketika api pertama kali dilaporkan di sepanjang jalur utama antara Yerusalem dan Tel Aviv. Berdasarkan laporan Washington Post, jalur transportasi utama ditutup sementara dan ribuan warga dari komunitas terdekat dievakuasi. Kondisi cuaca—angin kencang dan suhu tinggi—memperparah situasi, memaksa pembatalan sejumlah acara, termasuk peringatan Hari Kemerdekaan Israel ke-77.
Berdasarkan data dari AP News, lebih dari 163 tim pemadam kebakaran dan 12 pesawat dikerahkan untuk mengatasi kobaran api. Pemerintah Israel juga menerima bantuan internasional dari Italia, Kroasia, Spanyol, Prancis, Ukraina, Rumania, Makedonia Utara, dan Siprus. Sedikitnya 23 orang mengalami cedera, termasuk 17 petugas pemadam kebakaran.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Di balik kobaran api, penderitaan warga sipil dan kerugian ekonomi mulai terasa jelas. Komunitas Bedouin di Rahat menjadi salah satu yang paling terdampak. Mereka mengeluhkan minimnya perhatian pemerintah dalam proses evakuasi awal. Beberapa warga bahkan menyebut tidak mendapat pemberitahuan saat api mulai mendekat.
Dampak ekonomi masih dalam tahap perhitungan. Namun, berdasarkan laporan Kementerian Pertanian Israel yang dikutip oleh The Guardian, lebih dari 25 persen lahan tanam musim ini mengalami gagal panen. Kerugian awal diperkirakan mencapai 450 juta shekel atau sekitar Rp1,9 triliun.
Selain kerusakan fisik dan ekonomi, asap kebakaran juga menyebar hingga ke perbatasan Gaza. Akibatnya, beberapa klinik lokal di wilayah tersebut mencatat lonjakan kasus sesak napas, khususnya pada anak-anak, akibat kualitas udara yang memburuk.
Simbol Kegagapan Negara
Meski api kini telah berhasil dikendalikan, proses pemulihan masih panjang. Pemerintah memang menjanjikan dana pemulihan dan audit menyeluruh. Namun, sejumlah pengamat mempertanyakan kesiapsiagaan negara dalam menghadapi ancaman nonmiliter. Israel dinilai terlalu lama mengandalkan sistem pertahanan militer canggih namun belum siap menghadapi krisis lingkungan yang makin nyata.
Kebakaran kali ini menjadi lebih dari sekadar bencana ekologis. Ia mencerminkan kegagalan dalam menghadapi ancaman yang tidak bisa dihadapi dengan rudal atau perisai besi. Sebagai negara yang terletak di kawasan rawan perubahan iklim, Israel dituntut untuk segera mengevaluasi ulang strategi mitigasi dan membangun sistem tanggap darurat yang lebih adaptif terhadap bencana alam yang bisa terjadi kapan saja.