close
BeritaBisnisKabar Nasional

Emas Hijau Indonesia yang Diproyeksikan Akan Terus Melejit

Sumber Foto: Kompasiana

SAHIH.CO – Vanili, atau Vanila planifolia kerap dijuluki harta karun atau emas hijaunya Indonesia, karena punya nilai ekonomis yang cukup tinggi.

Vanili mencapai harga tertinggi di tahun 2018, yakni US$650/kg atau hampir Rp 10 juta/kg. Sedangkan pada 2020, tercatat harga vanili di pasar global berkisar di USD200 per kilogram.

Salah satu alasan mengapa vanili menjadi sangat mahal adalah tanaman tersebut cukup sulit untuk dibudidayakan dan harus melewati proses produksi yang cukup panjang.

Melansir dari Databoks berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO), Madagaskar menempati urutan pertama sebagai produsen vanili terbesar di dunia dengan produksi mencapai 2.975 ton pada 2020.

Indonesia menyusul di urutan kedua dengan produksi sebanyak 2.306 ton. Terdapat beberapa sentra produksi vanili, yakni Jawa Timur, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Utara, NTT, Yogyakarta, Papua, dan beberapa daerah di Pulau Sulawesi.

Urutan selanjutnya ditempati oleh Meksiko dengan produksi sebanyak 589 ton vanili. Kemudian produksinya di Papua Nugini dan Tiongkok masing-masing sebesar 495 ton dan 433 ton.

Sebagai produsen vanili terbesar kedua, ekspor vanili Indonesia mengalami kurva pertumbuhan yang sangat baik. Pada januari 2022, ekspor komoditas ini terus mengalami pertumbuhan positif sebesar USD 2,2 juta atau 103 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Dari segi volume, ekspor vanili juga mengalami kenaikan sebesar 123 persen pada periode yang sama. Melansir dari bisaekspor, negara-negara tujuan utama ekspor Indonesia adalah Amerika Serikat, Belanda, Kanada, Singapura, dan Korea Selatan.

Tanaman yang berdaging tebal ini masuk dalam keluarga anggrek (Orchidaceae). Vanili menghasilkan buah polong yang diolah jadi bubuk vanili, bahan yang sering digunakan sebagai bahan tambahan dalam makanan atau aroma vanili.

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) Kementan mencatat, vanili merupakan komoditas ekspor penghasil devisa Negara, yang 95 persen diusahakan oleh perkebunan rakyat. Volume ekspor vanili tertinggi terjadi pada tahun 2003 yaitu 6.363 ton.

Meski terbesar kedua, kinerja ekspor dilaporkan cenderung menurun, terutama akibat serangan jamur yang menyebabkan penyakit busuk batang vanili. Dan menurunkan produktivitas hingga 30-80%.

Belum ada data pasti soal luasan pertanaman vanili nasional saat ini. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) hanya mencatat luasan lahan pada tahun 2014, yakni 13,60 hektare (ha), susut dari tahun 2012 yang tercatat 19,90 ha, dan tahun 2013 seluas 16,62 ha.

Mengutip situs Vanili Indonesia, harga vanili tahun 2022 diprediksi masih akan melejit. Untuk vanili kering batangan diprediksi bisa mencapai Rp5,2 juta per kg, sedangkan harga vanili basah berkisar di angka Rp600.000 per kg.

Dari dua harga tersebut, petani lebih dominan memilih untuk menjual vanili basah. Hal ini karena adanya proses dan resiko dalam masa pengeringan atau penjemuran vanili. Meski harganya lebih murah, tidak ada resiko menjual vanili basah, dan petani juga akan mendapat uang cash lebih cepat.

Pewarta: M. Haris Syahputra
Editor: Nauval Pally Taran

Tags : bisnisekonomieksporvanili

The author Redaksi Sahih