close
Sumber Foto Ilustrasi: Pixabay

SAHIH.CO – Hingga saat ini, kebutuhan pangan nasional masih sangat bergantung pada pasar impor. Dalam 11 tahun terakhir misalnya, rakyat Indonesia telah mengucurkan Rp1.172 triliun hanya untuk memenuhi kebutuhan dapur saja. Mulai dari memenuhi kebutuhan beras, susu, bawang, garam, daging hingga gula.

Meski Indonesia merupakan negara agraris, sekaligus negara ke-14 dengan daratan terluas, produksi produk pertanian dalam negeri masih belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat yang terus melonjak. Padahal, Indonesia memiliki empat musim yang cenderung aman dari cuaca ekstrem.

Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengimpor beras sebanyak 429.207 ton sepanjang 2022, meningkat 5% dibanding tahun sebelumnya. Saat itu, India menjadi negara asal impor beras terbesar, diikuti Pakistan, Vietnam, Thailand, dan Myanmar.

Impor beras pun akan terus berlanjut di tahun ini. Pemerintah Indonesia bahkan telah menginisiasi untuk menaikkan kapasitas impor beras menjadi 2 juta ton pada tahun 2023. Hal ini disebabkan oleh potensi El Nino yang tentu saja dapat mengganggu produksi beras dalam negeri.

Di samping itu, jumlah impor gula di tahun yang sama jauh lebih besar. Merujuk pada data Direktorat Jenderal Bea Cukai yang diolah Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia telah mengimpor gula sebanyak 6 juta ton pada 2022 silam.

Thailand merupakan negara sumber gula dengan jumlah impor tertinggi yang mencapai 2,4 juta ton. Seterusnya diikuti India (1,6 juta ton), Brasil (1,3 juta ton), dan Australia (653 ribu ton) merujuk pada databoks.

Volume impor gula tersebut meningkat 9,6% dibanding 2021, sekaligus menjadi rekor tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Untuk daging sejenis lembu (sapi, kerbau, dan sejenisnya), Indonesia telah mengimpor dengan berat bersih 225,6 ribu ton sepanjang 2022 berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Volume tersebut meningkat 6,7% dibanding 2021, sekaligus menjadi rekor tertinggi dalam kurun lima tahun terakhir.

Rekor ini bukan hanya dari segi volume, tapi nilai impornya pun menembus rekor tertinggi. Sepanjang 2022 nilai impor daging sejenis lembu mencapai USD 861,6 juta atau sekitar Rp12,9 triliun jika diasumsikan dengan kurs Rp15.000 per USD. Nilai impor tersebut naik 9% dibanding 2021, sekaligus menjadi harga termahal sejak 2018.

Namun begitu, BPS mencatat impor bawang putih Indonesia hanya sebanyak 574.639 ton dengan nilai impor USD 616,3 juta atau sekitar Rp9,2 triliun dengan asumsi kurs Rp15.000 per USD pada 2022.

Meskipun volume impor tersebut jauh lebih banyak dibandingkan jumlah produksi bawang putih lokal yang jumlahnya hanya sekitar 30 ribu ton, jumlah tersebut mengalami penurunan 5,8% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang mencapai angka 610.049 ton dengan nilai USD 681,36 juta.

Di Asia dan Pasifik, level Ketahanan pangan Indonesia menempati urutan ke-10 dengan skor total 67.9 dari empat indikator. Adapun di level dunia, Indonesia menempati posisi 63 dari 113 negara dalam hal ini.

Sejauh ini, ada tiga indikator yang masih belum memuaskan, yakni Availability atau akses pangan (50.9), Quality and Safety atau level kualitas dan keamanan pangan (56.2) dan Sustainability and Adaptation atau isu keberlanjutan dan adaptasi perubahan iklim (46.3).

Artinya, titik paling lemah Indonesia dalam soal pangan adalah mengantisipasi perubahan iklim terhadap keamanan pangan nasional.

Pewarta: M. Haris Syahputra
Editor: Nauval Pally Taran

Tags : berasdaginggulaimporindonesiakrisis panganpangan

The author Redaksi Sahih