close
Kesehatan

Lima Gejala Omicron pada Balita

Sumber Foto: Pixabay

Lonjakan kasus Covid-19, menyusul munculnya varian Omicron terus meningkat di seluruh dunia. Orang tua khawatir dampak varian baru ini menular kepada anak-anak.

Apalagi, anak-anak di bawah usia lima tahun atau balita belum bisa menerima vaksinasi. Wajar saja jika ketakutan orang tua terhadap gejala Omicron dan risiko virus baru ini terus mengemuka.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat jumlah anak positif Covid-19 meningkat lebih dari seribu persen per awal Februari 2022. Angkanya naik sepuluh kali lipat dibanding sebulan sebelumnya.

Gejala Omicron pada Balita

Sampai saat ini, belum ada data pasti yang mengonfirmasi separah apa gejala Omicron atau Covid-19 pada anak-anak. Penelitian ekstensif tentang gejala Omicron pada anak-anak juga belum ada. Hanya ada beberapa penelitian awal dan laporan anekdot yang menggambarkan bagaimana rasanya terinfeksi varian ini.

Dilansir dari Verywell Health, Kamis, 10 Februari, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat pada pertengahan Desember 2021 pernah menganalisis data 43 orang yang menderita Covid-19 disebabkan varian Omicron. Beberapa gejala umum yang muncul pada panderita adalah batuk, kelelahan, hidung tersumbat, pilek, dan sakit kepala.

Profesor pediatri di Rutgers-Robert Wood Johnson Medical School, Maya Ramagopal mengatakan gejala Omicron pada anak-anak bisa serupa gejala pada orang dewasa. Umumnya, anak-anak tidak kehilangan indra perasa dan penciuman, sebagaimana Covid-19.

Berikut adalah gejala Omicron yang muncul pada anak-anak, termasuk balita, mengacu pada ZOE Covid Study, sebuah aplikasi kesehatan untuk Gen X dan Baby Boomers di Inggris.

1. Lelah

Kelelahan bisa menjadi gejala Covid-19 secara umum, bahkan lebih umum dari gejala klasik, seperti batuk, demam, dan kehilangan penciuman atau anosmia. Kelelahan pada Covid-19 tidak sama dengan rasa lelah atau mengantuk normal. Kelelahan di sini terasa sangat ekstrem, bahkan ketika anak-anak kita sudah beristirahat dan tidur nyenyak.

Kelelahan akibat Covid-19 mungkin membuat anak-anak susah bangun dari tempat tidur, tidak bisa naik tangga, bahkan berjalan pun malas. Mereka juga sulit berkonsentrasi dan mengingat sesuatu, dikenal dengan istilah otak berkabut.

Rasa lelah biasanya terjadi tujuh hari, atau rata-rata 5–8 hari. Namun, lelah akibat terinfeksi Covid-19 berlangsung hingga dua pekan atau lebih lama. Sebanyak 82 persen responden positif Covid-19 yang dilibatkan dalam ZOE Covid Study melapor kelelahan.

2. Sakit Kepala

Sakit kepala sangat umum terutama dialami anak-anak kita yang seharian menatap layar komputer karena belajar jarak jauh, menonton televisi, atau bermain ponsel. Peneliti ZOE mencoba membedakan antara sakit kepala karena Covid-19, termasuk varian Omicron ini dan sakit kepala bukan karena Covid-19. Ciri-ciri sakit kepala karena Covid-19 adalah nyeri parah, kepala rasa ditekan dan ditusuk, terjadi di kedua sisi kepala (bilateral), berlangsung lebih dari tiga hari, dan tidak hilang setelah anak meminum obat sakit kepala.

Sebanyak 15 persen responden positif Covid-19 yang mengikuti studi ini melaporkan gejala sakit kepala. Gejala Omicron ini memengaruhi tujuh dari sepuluh orang dewasa, serta enam dari sepuluh anak.

3. Sakit Tenggorokan

Sakit tenggorokan karena Covid-19 dan Omicron relatif ringan dan berlangsung kurang dari lima hari. Sakit tenggorokan lebih dari lima hari bisa jadi karena hal lain, misalnya infeksi bakteri sehingga tak perlu takut membawa anak ke dokter jika masalah sama masih berlanjut.

Banyak orang positif Covid-19 mengalami sakit tenggorokan, tetapi bukan berarti orang yang sakit tenggorokan sudah pasti Covid-19. Sakit tenggorokan karena Covid-19 muncul di pekan pertama dan terus membaik dari hari ke hari.

Penelitian ZOE menunjukkan hampir separuh dari responden yang sakit covid-19 mengalami sakit tenggorokan. Namun, ini lebih sering terjadi pada orang dewasa berusia 18–65 tahun (49 persen) dibandingkan orang tua (37 persen), atau di bawah 18 tahun (40 persen), termasuk anak.

4. Pilek

Pilek atau hidung meler bisa menjadi gejala Omicron dan Covid-19. Hampir 60 persen responden positif Covid-19 dalam ZOE Covid Study mengalami pilek.

Namun, meski kita bisa mengatakan orang positif Covid-19 mengalami pilek, tetapi sulit menyatakan pilek memang gejala definitif atau gejala Covid-19 yang pasti.

Jika anak mengalami pilek dalam waktu lama, tidak terkait dengan cuaca saat itu, ada baiknya melakukan tes. Perhatikan juga apakah anak mengalami gejala lain yang disebutkan di atas.

5. Bersin

Banyak orang positif Covid-19 mengalami bersin, tetapi gejala bersin sangat umum, terutama saat cuaca terlalu panas atau terlalu dingin. Bersin yang lebih dari biasanya bisa menjadi gejala Omicron atau Covid-19.

ZOE Covid Study menemukan hubungan antara bersin dan Covid-19 tidak terlalu kuat, baik pada orang yang sudah divaksin maupun belum, pada dewasa atau anak.

Bersin adalah cara utama penyebaran virus. Usahakan anak kita terbiasa mengenakan masker di luar rumah. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut, sampai anak mencuci tangan.

Selain lima gejala di atas, ada lagi dua gejala Omicron dan Covid-19 yang sifatnya umum pada anak terinfeksi, yaitu demam dan batuk. ZOE Covid study menemukan hanya 50 persen pasien terinfeksi yang menunjukkan gejala demam dan batuk.

Peneliti dari ZOE Covid Study, Claire Steves menambahkan gejala Omicron memang lebih ringan, tetapi bukan berarti bisa diabaikan. Apabila gejalanya bersifat lama, tentu akan mengganggu aktivitas sehari-hari kita, termasuk anak kita. Apalagi gejala Omicron jauh lebih menular dibanding Delta. Artinya, Omicron bisa menyebar lebih cepat.

Sangat penting bagi orang tua melindungi diri dan keluarga dari Omicron. Kenali seluruh gejala, terutama lima gejala Omicron di atas. Jika kita atau anak kita mengalami sebagian besar gejala, lakukan tes segera. Tetap waspada, ya.


Penulis: Mutia Ramadhani
Editor: Teuku Zulman Sangga Buana

Sumber: Republika/Bundalogy

Tags : Anakcovid-19kesehatanvarian omicron

The author Redaksi Sahih