close
EsaiResonansi

Tuhan Palsu Psikologi Modern

Sumber Foto Ilustrasi: Pixabay

Psikologi modern sedang menyebar ke komunitas muslim melalui hal-hal ini.

  1. Program masjid yang mengundang pekerja sosial untuk mendiskusikan kesehatan mental, “kekerasan dalam rumah tangga”, perawatan diri, narsisme, pendidikan seksual, dll.
  2. Imam dan doa yang mengadopsi “wawasan” dari psikologi modern dan memasukkannya ke dalam pengajaran agama mereka.
  3. Umat Islam secara langsung mendatangi penyedia psikologi modern (konselor, terapis, tokoh non-muslim, dkk.) untuk mendapatkan bantuan dalam masalah keluarga atau pribadi.
  4. Muslim berpartisipasi dalam aktivisme keadilan sosial yang banyak menggunakan psikologi modern.

Psikologi modern adalah liberalisme murni. Ini adalah liberalisme yang diterapkan pada pikiran manusia.

program kesehatan mental telah menjadi semacam kuda troya karena banyak muslim melihatnya dapat menangani kesehatan mental sebagai hal yang penting dan menganggap bahwa “ahli kesehatan mental” memberikan informasi yang objektif dan ilmiah. Pada kenyataannya, seluruh disiplin itu adalah ideologi liberal murni yang dirancang untuk mengubah orang menjadi liberal dan feminis.

Saya ingin mendedikasikan lebih banyak informasi penting untuk mengungkap alat pukul kesehatan mental ini dan kerusakan yang ditimbulkannya terhadap iman umat Islam, belum lagi keluarga mereka, dan, ironisnya, kesehatan mental mereka.

Kesehatan mental memang penting. Saya tidak menyangkal itu. Namun, psikologi modern menyabotase kesehatan mental dengan cara yang paling berbahaya. Sungguh, jawaban atas semua masalah kita ada di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Pertanyaan Langsung

Beberapa mungkin menanggapi hal di atas dengan bertanya,

“Tetapi apa alternatifnya?”

Ini adalah reaksi terprogram yang telah ditanamkan oleh psikologi modern itu sendiri.

Psikologi modern menyebut dirinya sebagai “satu-satunya solusi” karena, entah bagaimana, ia memiliki pengetahuan ilmiah/medis khusus yang tak dimiliki orang lain.

Ini tidak masuk akal. Jika kita percaya ini, kita harus berpikir bahwa, sebelum psikologi modern, umat manusia berada dalam keadaan psikosis dan disfungsi mental yang meluas. Tentu saja, ini adalah apa yang orang modern dikondisikan untuk percaya tentang masa lalu: sebagai distopia brutal dan menjijikkan yang penuh dengan kejahatan dan penderitaan.

Akan tetapi muslim sejati—yaitu Muslim yang mengandalkan tradisi Islam dan melihat ke masa lalu sebagai sumber pengetahuan dan kebajikan—harus secara otomatis skeptis terhadap karakterisasi ini. Tentu saja masa lalu bukanlah lubang penderitaan manusia yang tak berujung itu.

Namun, klaim bahwa psikologi modern memiliki beberapa pengetahuan khusus yang hanya dapat dicapai melalui gelar dalam ilmu psikologi dan sertifikasi dari otoritas liberal yang relevan adalah menggelikan.

Berdasarkan apa ajaran terapis modern? Apa dasar ilmiah khusus dari konseling mereka?

Itu hanya liberalisme dan pemahaman liberal tentang sifat manusia. Konseling yang landasannya tidak akurat dan tidak faktual harus dilihat apa adanya sebagai: omong kosong.

Sebagai contoh sederhana: Musim panas lalu, terungkap bahwa depresi tidak disebabkan oleh ketidakseimbangan kimiawi di otak.

Ini adalah pencerahan besar sejak selama beberapa dekade, di mana teori ketidakseimbangan kimia dianggap fakta dan depresi telah terobati atas dasar ini. Ratusan juta orang di seluruh dunia telah menggunakan obat-obatan dengan segala macam efek samping yang berbahaya karena terapis mereka percaya bahwa mereka memiliki masalah kimia di otak.

Kita harus bertanya, apa lagi yang salah dari “ilmu” ini? Mengapa kita harus menganggap “ilmu” ini memiliki jawabannya?

Dan apa alternatifnya?

Begitu banyak ilmu psikologi tentang hubungan dan interaksi dasar manusia, karakter dasar, juga penyesuaian sosial dasar. Psikologi adalah tentang keadaan internal dan hubungan eksternal. Sebagai Muslim, di mana kita menemukan petunjuk yang benar tentang hal-hal ini?

Rasulullah bersabda, “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”

Di luar episode psikotik yang memerlukan intervensi medis yang serius, berapa persentase “masalah psikologis” yang dapat diatasi dengan intervensi agama yang menggunakan instruksi ‘langsung’ dari Islam? Berapa persen yang bisa diatasi dengan benar-benar hidup menurut Sunnah daripada gaya hidup modern?

Itu adalah pertanyaan yang harus kita tanyakan saat kita sedang terus mendekonstruksi tuhan palsu psikologi modern ini.

Penulis: Daniel Haqiqatjou

Penerjemah: Muhajir Julizar
Editor: Nauval Pally Taran

Sumber: Muslim Skeptic

Tags : Al-Qur`anislamliberalismemodernismemuslimpsikologisainssunnah

The author Redaksi Sahih