close
Kabar Internasional

Janji Pemimpin Dunia: Tak Ada Lagi Deforestasi pada 2030

Foto: Freepik

SAHIH.CO, GLASGOW – 100 lebih pemimpin negara, termasuk Indonesia, pada Senin (1/11) malam berjanji bahwa penggundulan hutan (deforestasi) dan kerusakan lahan sudah dapat dihentikan pada 2030 nanti.

Janji itu di-support dengan dana investasi senilai 19 miliar dolar AS (sekitar Rp270,8 triliun) oleh negara dan swasta, dana tersebut nantinya akan digunakan untuk melindungi dan memulihkan kondisi hutan.

KTT iklim COP26 yang diselenggarakan di Glasgow, Skotlandia, menghasilkan pernyataan bersama yang didukung oleh para pemimpin negara-negara, termasuk Indonesia, Brazil, dan Republik Demokratik Kongo.

Total hutan yang dimiliki ketiga negara tersebut mencapai hampir 85% hutan dunia.

Deklarasi Para Pimpinan  Glasgow tentang Penggunaan Hutan dan Lahan (The Glasgow Leaders’ Declaration on Forest and Land Use) mencakup hutan seluas lebih dari 20,9 juta kilometer persegi, menurut pernyataan dari kantor perdana menteri Inggris atas nama para pemimpin negara-negara tersebut.

“Kita akan punya kesempatan untuk menghentikan sejarah panjang manusia sebagai penakluk alam, dan sebagai gantinya menjadi penjaga alam,” kata Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.

Johnson menyebut perjanjian itu sebagai kesepakatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Sementara itu, sejumlah inisiatif tambahan oleh pemerintah dan swasta diluncurkan pada Selasa untuk membantu pencapaian tujuan 2030 bebas deforestasi.

Di antara yang ditentukan adalah janji penyediaan dana senilai miliaran dolar bagi kalangan masyarakat adat penjaga hutan dan pertanian berkelanjutan.

Menurut para pakar lingkungan, masyarakat adat adalah kalangan  terbaik pelindung hutan. Masyarakat itu sering kali melawan para penebang hutan dan perampas tanah yang merambah hutan dengan menggunakan kekerasan.

COP26 bertujuan untuk mempertahankan target batasan pemanasan global pada 1,5 derajat Celcius di atas tingkat suhu  sebelum Revolusi Industri (praindustri)

Kesepakatan yang dicapai pada Senin itu merupakan perluasan dari komitmen senada yang dibuat oleh 40 negara sebagai bagian dari Deklarasi Hutan New York 2014.

Kesepakatan Senin menjadi langkah yang jauh lebih maju dalam penyusunan sumber-sumber daya untuk mencapai tujuan itu.

Berdasarkan perjanjian tersebut, 12 negara termasuk Inggris berjanji untuk menyediakan dana dari negara senilai 8,75 miliar pound (sekitar Rp169,4 triliun) antara tahun 2021 dan 2025.

Dana itu akan disalurkan kepada negara-negara berkembang untuk membantu mereka menjalankan berbagai langkah, termasuk upaya pemulihan lahan rusak serta mengatasi kebakaran hutan.

Lebih dari 30 investor swasta, termasuk Aviva, Schroders, dan AXA, akan menyediakan dana sedikitnya 5,3 miliar pound (sekitar Rp103,17 triliun).

Para investor yang mewakili kepemilikan 8,7 triliun dolar AS dalam aset yang dikelola berjanji bahwa pada 2025 sudah berhenti berinvestasi dalam kegiatan yang terkait dengan penggundulan hutan.

Lima negara, termasuk Inggris dan Amerika Serikat, serta sekelompok badan amal global pada Selasa juga menjanjikan pendanaan sebesar 1,7 miliar dolar (sekitar Rp24,2 triliun) untuk mendukung konservasi hutan masyarakat adat dan untuk memperkuat hak-hak tanah mereka.

Hutan menyerap sekitar 30 persen emisi karbon dioksida, menurut lembaga nirlaba World Resources Institute (WRI). Hutan berfungsi menyerap emisi dari atmosfer dan mencegah gas buangan itu menimbulkan pemanasan suhu. Namun, hutan yang merupakan penyangga iklim secara alami itu dengan sangat cepat menghilang.

Menurut inisiatif pelacakan deforestasi WRI, Global Forest Watch, dunia sudah kehilangan 258.000 kilometer persegi hutan pada tahun 2020.

Keseluruhan wiayah hutan yang menghilang itu lebih besar dari luas wilayah Inggris Raya.

Sumber: Antara News

Tags : bumideforestasihutaninternasionallingkungan

The author Redaksi Sahih

Leave a Response