close
Kabar Nasional

Suramnya Industri Parfum Indonesia

Sumber Foto: Pixabay

SAHIH.CO – Industri parfum Indonesia sampai saat ini masih saja suram. Padahal, Indonesia merupakan produsen minyak nilam dan minyak atsiri terbesar di dunia.

Dilansir dari ditjenbun.pertanian.go.id, dalam dunia perdagangan internasional, nilam biasanya dikenal dengan patchouli oil. Hal tersebut karena minyak nilam kerap digunakan sebagai bahan campuran pembuatan kosmetik, farmasi, dan aromaterapi yang berfungsi sebagai zat pengikat atau fixative agent.

Kasdi Subagyono, Direktur Jenderal Perkebunan Kementan, menyampaikan bahwa, “Indonesia merupakan negara produsen utama minyak nilam dunia, di mana kita menguasai sekitar 95% pasar dunia. Saat ini, berkisar 85% ekspor minyak atsiri Indonesia didominasi oleh minyak nilam dengan volume 1.200–1500 ton per tahun dan diekspor ke beberapa negara, di antaranya Singapura, Amerika Serikat, Spanyol, Perancis, Switzerland, Inggris, dan negara lainnya.”

Kasdi menambahkan, nilam merupakan salah satu komoditas penghasil minyak atsiri yang terpenting di Indonesia. “Minyak nilam ini menjadi primadona di Indonesia. Di pasaran minyak atsiri dunia, mutu minyak nilam Indonesia dikenal paling baik dan menguasai pangsa pasar dunia sebesar 90%,” tambahnya.

Minyak atsiri merupakan salah satu hasil dari komoditas perkebunan yang bernilai ekspor tinggi dan telah memberikan devisa bagi Indonesia. Minyak atsiri memiliki berbagai macam manfaat, antara lain, sebagai wewangian (pada kosmetik dan produk perawatan tubuh), minyak aromaterapi, minyak gosok (untuk masuk angin, penghangat badan, dan karminatif), pengharum ruangan, menolak serangga, antiseptik, dan pestisida hayati.

Minyak atsiri yang beredar di pasaran dunia ada sekitar 70 jenis. Adapun di Indonesia terdapat sekitar 40 jenis tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri.

Disebabkan perannya yang sentral, yaitu sebagai pengikat aroma, kebutuhan industri parfum terhadap minyak nilam ini pun cukup tinggi, yaitu mencapai dua ribu ton per tahun. Indonesia memberikan sumbangsih produksi minyak nilam sebesar 1500 ton. Artinya, 75% dari kebutuhan minyak nilai dunia dipenuhi oleh Indonesia.

Minyak nilam Indonesia memiliki kualitas terbaik dunia. Bahkan, merek parfum Dior sangat bergantung pada produksi minyak nilam Indonesia. Namun, ada ironi dalam kenyataan yang agaknya indah ini. Melansir dari kompasiana.com, meski Indonesia merupakan produsen terbanyak sekaligus terbaik dari minyak nilam, Indonesia sama sekali tidak memiliki pengaruh dalam menentukan harga minyak ini di pasaran. Penentuan harga ini ditentukan oleh broker atau pembeli, yang artinya kita menjadi buruh di tanah sendiri.

Di antara faktor yang melatari hal tersebut adalah karena Indonesia tidak memiliki produk jadi atau turunan dari minyak nilam. Indonesia hanya mengekspor bahan mentah, bukan barang jadi. Hal tersebut jugalah yang kemudian mengondisikan tidak adanya parfum Indonesia yang mendunia.

Jika ditelaah lebih mendalam, hal ironis lainnya adalah nilai impor parfum jauh lebih besar dibandingkan nilai ekspor untuk produk wewangian atau parfum. Perbandingannya adalah sebagai berikut: nilai impor parfum berkisar di 1,1 miliar rupiah, sedangkan nilai ekspornya hanya berkisar di 637 juta rupiah.

Selisih sebesar itu terjadi karena barang yang diimpor adalah produk jadi, yaitu sebotol parfum mahal bermerek yang mendunia. Sementara itu, yang diekspor adalah bahan mentahnya yang bernilai jual rendah. Harga satu kilogram minyak nilam berkisar 750 ribu rupiah, sedangkan beberapa mililiter parfum yang masuk ke Indonesia harganya bisa melambung tinggi hingga mencapai jutaan rupiah.

Penulis: M. Haris Syahputra
Editor: Teuku Zulman Sangga Buana

Tags : bisnisindonesiaindustriparfum

The author Redaksi Sahih