close
BeritaKabar Internasional

Jerapah, Beo, dan Pohon Oak Menghadapi Kepunahan

Sumber Foto Ilustrasi: Pixabay

SAHIH.CO – Mungkin mengejutkan untuk mengetahui bahwa bahkan jerapah, beo, dan pohon oak termasuk dalam daftar spesies yang terancam, begitu juga kaktus dan rumput laut.

Rumput laut adalah salah satu penyintas besar planet ini, dan kerabat dari beberapa rumput laut modern dapat ditelusuri kembali sekitar 1,6 miliar tahun. Rumput laut memainkan peran penting dalam ekosistem laut, menyediakan habitat dan makanan bagi biota laut karena varietas besar [seperti rumput laut] bertindak sebagai pembibitan ikan di bawah air. Namun, pengerukan mekanis, kenaikan suhu laut dan pembangunan infrastruktur pesisir berkontribusi terhadap penurunan spesies.

Pohon dunia terancam oleh berbagai faktor, termasuk penebangan, penggundulan hutan untuk industri dan pertanian, kayu bakar untuk pemanasan dan memasak, dan ancaman terkait iklim seperti kebakaran hutan.

Diperkirakan 31 persen dari 430 jenis oak di dunia terancam punah, menurut Daftar Merah spesies terancam dari Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN). Dan 41 persen termasuk dalam kategori “keprihatinan konservasi”, terutama karena deforestasi bagi pertanian dan penebangan bagi bahan bakar untuk memasak.

Jerapah diburu karena daging mereka, dan menderita degradasi habitat mereka karena penebangan kayu yang tidak berpembaharuan, dan meningkatnya permintaan akan lahan pertanian; diperkirakan hanya ada sekitar 600 jerapah Afrika Barat yang tersisa di alam liar.

Hasil Bencana bagi Kemanusiaan

Krisis keanekaragaman hayati saat ini makin memburuk, dengan berdampak bencana bagi umat manusia, kecuali manusia berinteraksi dengan alam dengan cara yang lebih berkelanjutan, menurut para ahli PBB.

“Laporan Platform Kebijakan-Sains Antarpemerintah tentang Keanekaragaman Hayati dan Jasa Ekosistem  (IPBES) memperjelas bahwa spesies liar merupakan sumber makanan, tempat tinggal, dan pendapatan yang sangat diperlukan bagi ratusan juta orang di seluruh dunia,” kata Susan Gardner, Direktur Divisi Ekosistem di Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP).

“Penggunaan berkelanjutan adalah ketika keanekaragaman hayati dan fungsi ekosistem dipertahankan sembari berkontribusi pada kesejahteraan manusia. Dengan terus menggunakan sumber daya ini secara tak berkelanjutan, kita tidak hanya mempertaruhkan kehilangan dan kerusakan populasi spesies ini; kita memengaruhi kesehatan dan kesejahteraan kita sendiri dan generasi berikutnya.

Kearifan Lokal

Laporan tersebut menggambarkan pentingnya masyarakat adat untuk dapat mengamankan hak tenurial atas tanah mereka, karena mereka telah lama memahami nilai spesies liar dan telah belajar bagaimana menggunakannya secara berkelanjutan.

Contoh jenis perubahan transformatif yang diperlukan untuk mengurangi hilangnya keanekaragaman hayati, termasuk distribusi biaya dan manfaat yang adil, perubahan nilai sosial, dan sistem tata kelola yang efektif.

Saat ini, pemerintah di seluruh dunia menghabiskan lebih dari $500 miliar setiap tahun dengan cara yang membahayakan keanekaragaman hayati untuk mendukung industri seperti bahan bakar fosil, pertanian, dan perikanan. Para ahli mengatakan dana ini harus digunakan kembali untuk memberi insentif pada pertanian regeneratif, sistem pangan berkelanjutan, dan inovasi positif alam.

Penerjemah: Muhajir Julizar
Editor: Nauval Pally Taran

Sumber: UN News

Tags : bumikemanusiaanlingkunganmakhluk hidupspesies

The author Redaksi Sahih