close
Dunia Tengah

Umat Kristen Palestina: Kami juga Ditindas

Sumber Foto Ilustrasi: iStock

SAHIH.CO – Dunia seringkali mengategorikan konflik Arab-Israel sebagai sebuah pertempuran yang hanya berkisar pada perbedaan agama, di mana Islam berada di satu sisi, dan Yahudi di sisi lainnya. Namun, di tengah kompleksitas sejarah dan politik yang melingkupi wilayah ini, terdapat suara-suara yang sering terlupakan, yaitu suara komunitas Kristen yang telah lama mendiami Betlehem.

Bagi umat Kristen, Palestina memiliki nilai Sejarah yang amat erat dengan Yesus. Betlehem adalah tempat kelahiran-Nya, sementara di Bukit Golgota, Yerusalem, Dia disalib dan dimakamkan. Namun, saat ini, situs-situs tersebut dipisahkan oleh tembok pembatas yang memisahkan Israel dan Palestina. Di Tanah Suci ini, umat Kristen dan umat Islam hidup bersama, terkurung, terbatas dan tidak bebas. Dikelilingi oleh tembok besar, pos pemeriksaan militer dan pemukiman ilegal.

Okupasi Israel atas Wilayah Tepi Barat dan perubahan demografis yang disebabkannya memberikan dampak yang signifikan dan telah memengaruhi kehidupan sehari-hari komunitas Kristen dan bagaimana mereka berusaha menjaga warisan agama dan budaya mereka di tengah tekanan konflik yang berkepanjangan.

“Dengan menerapkan sistem kontrol (seperti itu), saya yakin Yesus sudah sangat familiar dengannya. Saya melihat Yesus sebagai bagian dari orang Yahudi Palestina. Seandainya Yesus lahir hari ini, saya yakin ia akan lahir di sisi kehidupan kami, karena Yesus juga lahir (saat Betlehem) di bawah okupasi Kekaisaran Roma. Bahkan jika Yesus ingin ke Yerussalem, ia juga harus memiliki izin dan melewati check point,” kata Munther Isaac, menggambarkan bagaimana kehidupan orang-orang Kristen di sana. Munther Isaac merupakan seorang Pastor Kristen Ortodoks dan juga dekan Betlehem Bible College yang ada di Betlehem, Palestina.

“Sebagaimana orang-orang Palestina, kami (Kristen Palestina) juga hidup di bawah penindasan Israel,” pungkasnya, dikutip dari Aljazeera.

Karenanya, sejak tujuh dekade yang lalu, proporsi penduduk Kristen di Bethlehem terus menurun. Pada awal tahun 1950-an, sekitar 80% dari penduduk kota ini adalah Kristen. Namun, perkiraan terbaru mengindikasikan bahwa proporsi Kristen di kota ini hanya sekitar 12% saat ini.

“Ini adalah permasalahan besar, jika demikian, suatu hari nanti Kota Suci (umat Kristen) akan tidak memiliki populasi orang-orang Kristen,” kata Daoud Nassar, seorang Kristen Palestina.

Di sana, umat Kristen Palestina seringkali menjadi Masyarakat kelas sekian, yang bisa saja dibatasi kehidupannya oleh Israel kapan pun mereka mau. Bahkan, tak jarang orang-orang Kristen Palestina dilarang untuk memasuki gereja-gereja mereka dan tak boleh berkunjung ke Makam Suci Yerussalem, yang mana Makam Suci tersebut selalu terbuka kapan pun bagi peziarah dari mana pun, asal bukan orang Palestina.

“Mereka memperlakukan kami sebagai orang Palestina, bukan umat Kristen. Bukan kami sebagai orang Kristen, tetapi kami sebagai orang Palestina. Kami sebagai orang Kristen juga mendapat banyak larangan seperti orang Palestina (pada umumnya). Kami tidak bisa bergerak dengan bebas dari Betlehem jika mau ke Yerusalem. Kami tidak bisa mengatur kota kami dengan bebas karena ini kota orang-orang Palestina,” jelas Pastor Mitri Raheb dari Gereja Evangelical Lutheran Betlehem, dilansir dari Tirto.

“Pastinya, umat Kristen juga merasakan hal yang sama (dengan umat Muslim). Kami sama-sama terpengaruh oleh usaha pendudukan Israel. Banyak umat Kristen yang ditahan di penjara-penjara Israel. Banyak umat Kristen Palestina yang menderita dan terbunuh karena konflik berkepanjangan ini.”

Di tengah pembatasan pergerakan, pemukiman ilegal, dan ketidakpastian, komunitas Kristen di sana tetap berjuang untuk mempertahankan identitas warisan agama dan tanah mereka. Mereka menghadapi tantangan untuk menjaga kehadiran mereka di tanah yang memiliki makna sejarah begitu mendalam.

Saat kita mencermati cerita komunitas Kristen di Palestina, kita harus merenungkan bahwa perjuangan mereka adalah cerminan dari perjuangan masyarakat Palestina pada umumnya. Mereka memperjuangkan kebebasan mereka untuk bergerak, hak untuk merayakan keagamaan mereka dan identitas mereka sebagai orang yang merdeka di Palestina.

Penulis: Misbahul
Editor: Nauval Pally Taran

Tags : islamisraelkristenPalestinayerusalem

The author Redaksi Sahih