close
Feature

KIPMI dalam Kerja Keras Menuju 100 Tahun Indonesia

Desain Kampus KIPMI Tech

Indonesia mulai menapaki jalan serius untuk keluar dari jerat negara berkembang. Rancang bangun visi Indonesia 2045 telah diisbatkan: “Indonesia 2045: Berdaulat, Adil, Maju dan Makmur”. Visi yang menandaskan satu cita besar.

Kesempatan untuk itu memang sedang terpampang luas. Bayangkan, pada rentang tahun 2030–2040, Indonesia akan mengalami bonus demografi dengan jumlah penduduk Indonesia usia produktif akan mencapai 64 persen dari total penduduk sekitar 297 juta jiwa. Proyeksinya, pada 2045, Indonesia diprediksi akan menduduki peringkat lima PDB di dunia dengan nominal PDB sebesar 9.100 miliar USD; Indonesia akan menjadi negara maju.

Itu impian besar yang akan terus membayang-bayangi Indonesia dalam tahun-tahun mendatang. Dan tentu saja itu rasional jika, seluruh potensi yang ada, mampu benar-benar didayagunakan.

Rancang bangun visi Indonesia 2045 memancang empat pilar untuk mengantar Indonesia menjadi negara maju. Salah satunya dan yang pertama, pembangunan manusia serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Itu adalah syarat mutlak yang semua pihak mesti serius untuk mewujudkannya. Terlebih lagi, bagi mereka yang terlibat langsung dalam dunia pendidikan serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

November lalu, saya berkesempatan berbincang hangat dengan Sri Darma Krida, Ketua Komunitas Ilmuwan dan Profesional Muslim Indonesia (KIPMI). Laki-laki optimis kelahiran 1983 ini begitu bersemangat ketika membicarakan Indonesia 2045, tetapi ia juga resah, “ … Di mana Indonesia nanti akan bermain? Jangan hanya Indonesia jadi pangsa saja, menjadi market bagi negara-negara besar,” ungkapnya.

KIPMI cukup serius dalam menatap visi besar 100 tahun Indonesia. Dan meski terbilang baru dalam gelanggang pengembangan SDM, riset, dan teknologi di Indonesia, KIPMI telah mengerjakan banyak hal.

KIPMI resmi berdiri pada 2015 di Yogyakarta, dan sejak itu pula Darma menjadi ketuanya. Komunitas ini beranggotakan 208 orang yang terdiri atas para doktor, kandidat doktor, dan master.

KIPMI bergerak di dua bidang utama, yaitu riset dan teknologi serta pendidikan dan pengembangan SDM. Dua bidang yang merupakan pilar utama dalam visi Indonesia 2045.

Sejak awal berdiri, KIPMI tekun menggelar banyak agenda untuk menunjang mutu institusi-institusi pendidikan di Indonesia. Mereka telah menatar ratusan guru dan puluhan sekolah di berbagai daerah; turun langsung ke Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, dan daerah lainnya untuk menyelenggarakan berbagai pelatihan.

“Kita mengadakan berbagai kegiatan pelatihan, mulai dari soal kurikulum, pengelolaan pondok, pelatihan guru, pengelolaan keuangan, hingga manajemen organisasi yayasan,” Darma menuturkan.

Untuk kalangan akademisi, KIPMI kerap mengadakan berbagai workshop ilmiah yang jumlah pesertanya bisa mencapai ribuan, diikuti oleh para doktor dan profesor, bukan hanya dari Pulau Jawa tempat KIPMI beranjak, melainkan juga dari Aceh, Palu, hingga Sulawesi. Dalam berbagai workshop ilmiah KIPMI, Darma menerangkan, mereka tidak hanya menjajakan materi-materi ilmiah yang berkualitas, tetapi juga menanamkan soal integritas; tentang bagaimana menjadi peneliti atau akademisi yang jujur dan menjunjung tinggi keadaban.

Sejak 2016, KIPMI telah merilis sebuah jurnal internasional di bidang sains; Communications in Science and Technology (CST). “ … Jurnal kita itu sudah diakui di Indonesia, bahkan internasional, mendapat penghargaan dari Kementerian Riset dan Teknologi, kemudian termasuk ke dalam 103 jurnal yang diakui oleh Indonesia Sinta 1, diakui Scopus Internasional, dari 5.990 jurnal yang ada di tanah air.”

Bersama 64 jurnal lainnya di Indonesia, jurnal CST KIPMI juga telah mengantongi penghargaan dari pemerintah sebagai jurnal bereputasi internasional terbaik. CST berhasil meraih Anugerah Hak Kekayaan Intelektual Produktif dan Berkualitas Tahun 2020, Jurnal Ilmiah Indonesia Bereputasi Internasional.

Darma menyampaikan bahwa jurnal KIPMI hanya butuh waktu dua tahun untuk menderetkan namanya di papan atas perjurnalan Indonesia; Sinta 1. “Sejak 2016 kita rilis, terbitan 1, terbitan 2, setahun dua kali, kemudian mendapat pengakuan Sinta 3 dari pemerintah, kemudian naik ke Sinta 1. Jadi, kan, untuk naik ke Sinta 1, ini, kan, Sinta tertinggi di Indonesia, itu kita butuh dua tahun, baik dari sisi pengelolaan jurnal maupun konten yang dipublikasi.”

Pada akhir 2020 lalu, jurnal KIPMI berhasil melejit ke kategori peringkat 1 dalam Sinta 1, kasta tertinggi dalam perjurnalan Indonesia. Hanya ada 17 jurnal di Indonesia yang menempati posisi itu, setidaknya hingga 2020 lalu. Sebagai produk dari sebuah “komunitas biasa” yang tidak memiliki sumber pendanaan sebagaimana jurnal dari kampus-kampus besar ataupun lembaga pemerintahan, torehan itu terbilang cukup mengesankan.

Rata-rata publikasi pada jurnal KIPMI adalah penelitian di bidang sains yang terbarukan, atau, pengembangan dari penelitian terdahulu. Selain itu, juga berbagai konten atau diskursus yang sedang ramai diperbincangkan di jagat internasional.

KIPMI tidak main-main untuk urusan kualitas jurnal mereka. Penyaringan ketat berlaku. “Jurnal sains KIPMI ini hanya terbit sepuluh jurnal per enam bulan, yang submit itu juga dari Eropa, Amerika, yang mendaftar itu hampir 130-an jurnal, tapi pada ditolak semua, bukannya ga bagus, tapi, kan, ada persaingan. Jadi, rejected rate-nya itu bisa mencapai 85 persen,” kata Darma.

Kualitas-kualitas dan pencapaian itu membuat nama KIPMI kian moncer di kalangan peneliti dan akademisi. KIPMI pun mulai bersaing dengan nama-nama besar, seperti ITB, UI, UGM, hingga lembaga riset, seperti LIPI.

Dan kini, KIPMI tengah merancang suatu inisiasi besar: KIPMI Tech. Mereka yakin Indonesia bisa punya seperti Caltech atau Virginia Tech atau Texas Tech, bahkan Silicon Valley, pusat-pusat pengajaran dan pengembangan teknologi mentereng di Amerika Serikat dan dunia.

Sebuah lahan strategis di Daerah Istimewa Yogyakarta sedang dibebaskan untuk menggarap ide besar itu. Sebuah yayasan pendidikan telah dibentuk.

KIPMI Tech akan mengusung pelbagai bidang ilmu yang sedang riuh-riuhnya dalam perkembangan sains mutakhir, terutama dalam bidang teknologi informasi. Prodi ICT (Cloud & IoT), Data Science, dan Cyber Security menjadi prodi awal yang akan dibangun.

Namun, KIPMI Tech juga merencanakan satu hal yang berbeda. Barangkali satu kekhususan; porsi bagi materi ilmu-ilmu keislaman yang memadai, tidak untuk seadanya saja.

Mereka yang terlibat dalam kerja-kerja KIPMI adalah orang-orang yang hendak berkomitmen serius pada Islam, pada Al-Qur`an dan sunnah. Itulah mengapa KIPMI Tech turut memproyeksikan lahirnya para ilmuwan Islam yang, tidak hanya punya reputasi ilmiah mentereng di bidang sains, tetapi juga punya kadar pemahaman Islam yang qualified; fasih teknologi dan melek agama.

Darma menuturkan, pada 2020, gagasan besar KIPMI Tech sudah dipresentasikan dan mendapat sambutan baik dari Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti), Profesor Nizam. Kepada Profesor Nizam, Darma turut menerangkan bahwa sudah sewajarnya masyarakat muslim Indonesia punya saintis-saintis unggul sekaligus cakap dalam ilmu agama.

KIPMI menyadari betul, usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia dalam menggapai Indonesia maju, tidak boleh melupakan soal pentingnya meningkatkan taraf keilmuan masyarakat muslim sebagai penyumbang “saham demografi” terbesar.

Penulis: Nauval Pally Taran
Editor: Teuku Zulman Sangga Buana

Tags : ilmuwanindonesia majusainsteknologi

The author Redaksi Sahih

Leave a Response