close
Esai

Kegagalan Penalti Kane dan Supremasi Kulit Putih dalam Sepak Bola

Sumber Foto: AP Photo/Bola Net

Tendangan penalti melambung tinggi itu lagi-lagi memupuskan harapan rakyat Inggris untuk kembali juara. Hal tersebut sekaligus menegaskan 2 hal. Pertama, Football’s coming home hanyalah angan bagi Inggris. Kedua, memperpanjang hubungan buruk Inggris dengan pinalti.

Harry Kane, striker Totenham Hotspur yang menjadi algojo tendangan 12 pas tersebut, dengan percaya diri menendang bola terbang tinggi di atas mistar setinggi mimpi Inggris tentang piala dunia. Namun, bukan soal itu yang hendak saya sorot, tetapi sikap fans sepakbola Inggris. Mereka dengan legowo menerima kegagalan penalti itu. Tak ada hujatan apalagi cacian atas hal tersebut. Bagi rakyat Inggris, Kane yang berkulit putih tetaplah pahlawan, ­hero for his country dan mereka mencintai Kane.

Hal itu berbeda sama sekali dengan apa yang dialami Saka, Rashford atau Sancho, pada Final Euro 2020 lalu. Hal tersebut terlihat jelas pasca laga final yang berakhir menyedihkan tersebut, di mana kebencian publik Inggris tertumpah di berbagai media sosial dan diarahkan kepada mereka [yang berkulit hitam]. Ketiganya dicaci dan dihujat dengan cukup intens.

Para fans bahkan menggunakan emoji monyet untuk menggambarkan Saka, Rashford, dan Sancho. Lebih jauh lagi, bahkan Saka diminta untuk pulang ke negara asal orang tuanya, Nigeria.

Meski hujatan itu kemudian menimbulkan banyak kritik publik bahkan sampai menyebabkan beberapa orang ditangkap. Akan tetapi, setidaknya kita mengetahui bahwa rasisme itu eksis dan belum terpisahkan dari Inggris dan Barat pada umumnya. Supremasi kulit putih itu masih tetap berlaku, utamanya pada masyarakat arus bawah, begitu pula dalam sepak bola.

Kata orang-orang, sepakbola adalah olahraga yang menyatukan semua kalangan. Namun kenyataannya, bola tidak selalu bergulir sama untuk semua orang, terkhusus pada liga-liga utama di Eropa.

Penulis: Misbahul
Editor Substantif: Nauval Pally Taran
Editor Naskah: Arif Rinaldi

Tags : inggrispiala duniarasismesepak bola

The author Redaksi Sahih