close
EsaiResonansi

Orang Arab Makin Religius, Mengapa Media Barat Tidak Mewartakannya?

Sumber Foto Ilustrasi: Pixabay

Anda mungkin ingat bagaimana pada tahun 2019 media Barat sangat gembira karena survei Arab Barometer menemukan bahwa orang Arab tampaknya menjadi kurang religius.

Sebuah proyek penelitian yang ditugaskan oleh Divisi Bahasa Arab BBC dan dilakukan di Universitas Princeton, studi berskala besar terhadap sekitar 25.000 orang di banyak negara Arab terbesar. Responden diberikan pertanyaan tentang berbagai hal, seperti kehidupan keluarga, politik dan agama.

BBC dengan gembira memberi judul artikel mereka tentang hasil tersebut: “Apakah orang Arab berpaling dari Agama?”

Dilaporkan,

“Sejak 2013, jumlah orang di seluruh wilayah yang diidentifikasi sebagai “tidak beragama” telah meningkat dari 8% menjadi 13%. Kenaikan terbesar di bawah usia 30-an, di antaranya 18% mengidentifikasi sebagai tidak religius, menurut penelitian. Hanya Yaman yang mengalami penurunan dalam kategori tersebut.”

Media Barat lain sama bersemangatnya. The Guardian menulis, “Dunia Arab berpaling dari agama.” The Times menulis, “Orang-orang Arab kehilangan agama mereka sebagai reaksi terhadap kaum islamis.”

Liberal Barat dan orang yang ingkar terhadap Islam sangat gembira. Akhirnya, pemaksaan liberalisme sosial kita di dunia Arab membuahkan hasil! Akhirnya, sistem keluarga muslim akan runtuh, LGBTQIA2S+ akan menyebar, dan cita-cita liberal akan diwujudkan dalam pertikaian terakhir yang dikenal sebagai dunia muslim!

Bahkan saat itu, banyak “analis” menyarankan kehati-hatian dengan kesimpulan, seperti Shadi Hamid atau bahkan Michael Robbins, direktur Arab Barometer, yang mengatakan pada tahun 2020,

“Perlu dicatat bahwa hanya sebagian kecil warga di negara mana pun di seluruh wilayah yang menggambarkan diri mereka tidak religius. Secara keseluruhan, wilayah ini tetap sangat religius dan akan tetap demikian di tahun-tahun mendatang berdasarkan tren saat ini.”

Akan tetapi, Arab Barometer melakukan survei semacam itu secara teratur, dan “Gelombang VI”, yang dirilis pada tahun 2021, merupakan berita buruk bagi kaum sekuler liberal.

Kita akan melihat negara-negara berikut: Aljazair, Irak, Yordania, Lebanon, Libya, Maroko, dan Tunisia, karena itulah data yang tersedia (sampai sekarang), tetapi jelas Anda dapat menggeneralisasi tren ke dunia Arab yang lebih luas (seperti yang mereka lakukan di survei 2018, yang tidak menyertakan negara sebesar Arab Saudi).

Inilah yang ditemukan oleh “Gelombang V” pada tahun 2018, yakni hasil yang menggairahkan dan menggairahkan seluruh dunia liberal.

Sekarang, bandingkan dengan “Gelombang VI” dari tahun 2021,

Kita melihat hal berikut: selain Lebanon, di setiap negara lain, kategori “religius” mengalami peningkatan besar, hampir dua kali lipat di Maroko dan hampir tiga kali lipat di Aljazair, menekan angka dari kategori “agak religius” dan “tidak religius” dalam prosesnya.

Juga, untuk Lebanon, sebuah outlier atau pencilan menunjukkan, jika Anda menggali statistik, religiositas memang turun, tetapi itu berdasarkan pengaruh Kristen sekuler. Jadi misionaris Kristen, yang senang melihat “Islam mati” pada tahun 2018, benar-benar tidak ada yang perlu dibanggakan dengan angka-angka terbaru ini.

Jadi, kesimpulannya, orang Arab makin berkomitmen pada Islam, alhamdulillah.

Itu pasti akan membuat semua kaum liberal [apakah ateis, Kristen, atau murtad] sangat sedih mengetahui bahwa mereka tidak akan melihat anak-anak dan dai terseret dari masjid-masjid di dunia muslim dalam waktu dekat.

Apakah ini alasan sebenarnya mengapa media Barat tidak melaporkan statistik terbaru ini, seperti yang mereka lakukan dengan antusias dan gembira di tahun 2019?


Penulis:
Bheria

Penerjemah: Muhajir Julizar
Editor: Nauval Pally Taran

Sumber: Muslim Skeptic

Tags : agamaarabbahasa arabbaratislamsekuler

The author Redaksi Sahih